Kamis, 31 Desember 2015

Jangan lagi

Tepi Jakarta yang mulai ramai, hari terakhir tahun 2015


Kepada,
Perempuan disana; diriku yang berusaha menyembuhkan luka

Aku melihatmu, menangis meringkuk di sudut kamar dengan lampu dimatikan, dan pintu tertutup.
Teriakan di lantai bawah, bercampur isak. Dan pukulan-pukulan, meja mungkin.
Suaramu tertahan. Kenapa tidak dilepaskan? Bukankah menahan air mata itu menyesakkan dada?
Komputer portable mu masih menyala, kamu tinggalkan dan memilih bersembunyi di kamar gelap dengan pintu terkunci. 

Kamu, kenapa?

***
Aku sering bangun dengan dada sesak, kepala sakit, mata sembab bengkak. Entah karena menangis semalaman atau...mimpi yang menyiksa. Yang tak kutahu apa sebabnya, kenapa mimpi-mimpi itu sering datang. Mimpi soal kehilangan. Oh...jangan lagi.

Aku terbangun dengan isak, kamar ku masih gelap, dan sendirian. Aku hanya mampu mengucap nama-Nya sembari mengusap air mata yang muncul dari mimpi, mimpi....lucu sekali. Aku bahkan bisa menangis dalam mimpi. Kemudian, aku memegangi kepala sembari meneruskan isakku, teringat lagi apa yang mimpi itu munculkan.

***
Kalau begitu jangan...Jangan menangis sendirian. Jangan menangis sambil tidur. Jangan menangis lagi dalam mimpi. Jangan menangis meringkuk dalam gelap. Jangan menangis dengan memegangi kepala seakan dunia berputar dan mendorongmu ke dinding. Jangan menangis lagi.

***
Oh...kalau saja aku bisa. Siapa yang mau jadi gila seperti itu? Siapa yang mau dalam kondisi seperti ini? Tapi memang sedang kucoba...menata hidup. Rasanya mau pergi jauh, tapi sepertinya kesakitan adalah hidup ku. Yang itu bisa diterjemahkan secara harfiah juga.

Aku bisa pusing, sesak, walaupun tidak menangis. Dan ketika menangis, rasanya bisa lebih buruk lagi. Yah...mau bagaimana. Rupanya menjadi tegar itu jauh lebih sulit.

***
Kalau begitu, menangislah. Jangan ditahan, karena itu sama sulitnya. Lagipula, siapa bilang air mata itu tanda kelemahan? Kamu bukan batu. Kalau itu memang melegakan, keluarkan saja. Menangis itu tidak dosa.

Siapa tahu, air mata bisa menyembuhkan luka...ya...siapa tahu. Kalaupun tidak, semoga bisa meringankan hati.



Dari,

Dirimu, yang sama sakitnya

Jumat, 18 Desember 2015

2013-2015

Sebetulnya udah lama mau bahas ini, tapi...
Merasa nggak enak sama orang nya, terkesan jahat. Saya cuma mau berbagi sih, yah semoga tidak menyinggung banyak pihak.

Kalau 2013 saya hampir dilaporkan ke 'meja hijau' dengan alasan pencemaran nama baik (?). Yang bahkan nama baik siapa juga saya nggak paham, wong saya nggak pernah ngapa-ngapain di medsos. Kok bisa dibilang pencemaran nama baik. Ternyata oh ternyata...mbak-mbak yang mau melaporkan ini cemburu wkwkwkw karena saya cerita ke dia, dengan tidak sengaja (karena nggak tahu), mengenai laki-laki yang saat itu sedang sering kontak dengan saya yang ternyata adalah....pacarnya mbak-mbak ini. 

Ngakak sumpah. Kenapa nggak ngaku aja sih kalau kalian pacaran? Malah main abang-adek...cih.
Giliran laki-nye deketin cewek lain situ mencak-mencak, nyalahin orang. Sudahlah ya...sudah lalu. Saya sudah minta maaf, mereka juga sudah memaafkan dan balas minta maaf. Jadi case closed.


Kemudian 2014 saya jadi pelampiasan wanita yang dinikahi siri kemudian pria nya ini justru menikahi perempuan lain (mantan istrinya) secara resmi. Dengan mengenaskan perempuan yang dinikahi siri ini ditinggal. Menyedihkan? I don't think so. Hey Wanita, seharusnya kamu tahu konsekuensi dari pernikahan siri. 


Alih-alih intropeksi diri, wanita ini malah nyalahin orang-orang. LAH -___-
Termasuk saya. Lucu kan? Nggak tahu duduk perkara, tahu-tahu kena. Sedap memang hidup.
Akhirnya, ketika wanita ini sudah sadar barulah keadaan lebih kondusif. Tapi tetap saja, kalau ingat soal pernikahan siri itu....
Dasar wanita.

Nah, tahun 2015 ini...saya bertemu dengan.....seorang...hypersex dan penderita psikoseksual. Sebetulnya pertemuan nya dari akhir 2014, tapi kami baru berkontak lagi awal 2015. Awal perkenalan kami sempat saya tulis di blog satu nya. Karena begitu berkesan.

Awal sosoknya menyenangkan. Kita, tepatnya dia, banyak bicara soal hobi travelling nya. Jalan-jalan kemana saja, hal yang menarik selama perjalanan, banyak lah.

Kemudian, di 2015 ini, kita ketemuan. Dia mau cerita soal UN dan SNMPTN, iya...usia nya jauh lebih muda. Tapi sebetulnya, dia mundur setahun. Salah satu alasannya, ya karena itu...hyper-nya dia.

Sebetulnya pertama kali ketemu itu memang ada yang aneh. Tapi bukan jenis aura jelek yang musti saya jauhi, tapi lebih karena aura nya 'mesakke' gitu. 

Dan setelah banyak ngobrol, ini-itu, ngalor-ngidul. Saya tahu, kenapa dia begitu. Semacam...Christian Grey (50 Shades of Grey). Iya saya baca dan lihat filmnya, karena semua...SEMUA orang bicarakan ini, dan saya sudah merasa cukup paham untuk tahu film apa itu. Ada untungnya juga saya lihat film itu. 

Nggak ada orang yang mau jadi hypersex, kayak Grey. Sama, dia juga punya alasan kenapa dia jadi begitu. Walaupun sampai sekarang, saya bingung, kenapa saya? 

Dia mengikuti saya sampai rumah, mencari info soal ibu dan dua adik saya. Seram...
Sya tahu sih, penyakit psikologis seperti ini memang ada, dan...nyata. Bukan cuma film. Tapi...biasanya target nya cantik, tubuh aduhai...
Lah...gua mah....remah-remah chiki chuba. Bisa apa....Makanya, aneh.

Tapi sekarang, setelah konseling (itungannya konseling kali ya), dia dapat apa yang dia mau, masuk universitas yang dia pengen. Semoga hidupnya jadi lebih tertata. Sembuh dari sakitnya. Karena...kasihan, sumpah. Kalau ada yang bisa nerawang orang, aura mereka itu gelap, menyedihkan. 

Kalau punya luka, ya diobati. Bukan dibiarkan menganga, sampai jadi busuk.

Lain kali, mungkin bakal tulis lebih soal penyakit ini. Sekarang...udahan dulu deh...

Minggu, 13 Desember 2015

Terapi Selesaaaiii Wuhuuu

Jakarta, 13 Desember 2015

Umm....duh grogi nih ahaha. Lama banget nggak posting, ya ampun Rega pemalas...
Okay, jadi selama ini (setelah posting terakhir) Saya nggak terapi obat, seriussss. Keren ya? Ahah
Makanya nggak nulis. Pengganti nya, Saya terapi akupunktur itu. Karena terapi itu seminggu sekali, selama 12 kali berturut-turut, males aja gitu musti nulis karena sebetulnya nggak tahu mau laporan apa....
Akhirnya kepikiran buat posting di terapi ke-12. Yak itu hari ini hohoho

1. Sebetulnya nggak murni berhenti ngobat. Beberapa kali Saya tetap konsumsi Hapsen dan Nitrokaf. Obat itu hanya Saya minum kalau: dehidrasi sampai mau pingsan wkwk, kepanasan, sama terlalu capek. Oh...dan PMS. Tapi biasanya cuma seminggu sekali gitu minum nya.

Misalnya waktu ikut ke Bandung Selatan sama Mas Kris dkk, balik dari hutan tahu-tahu nyesek gitu. Mungkin karena dari hutan (teduh) ke camp (nggak ada teduhan), dan kurang minum juga, gak berasa kurang minum karena di hutan teduh....lembap aja gitu. Begitu keluar hutan, dhuar...keliyengan. Langsung ambil Nitrokaf, minum, tarik nafas. Nggak lama, kita balik. Trus, Mas Kris sempet beli durian juga kan. Kayaknya sih, memang darah rendah nya kambuh juga. Begitu selesai makan, Saya tepar di mobil wkwkwk. Tapi begitu bangun, kepala sudah nggak pusing dan cardio nya juga nggak berdebar lagi :)

Saya merasa makin pintar sih *ahahah apaansiii Ga...
Begitu ngerasa ada yang aneh dikit, langsung minum. Itu penting banget sih, air putih.
Yah karena tubuh ini sangat mudah dehidrasi, dan tahu penyebab dehidrasi nya itu karena apa dan efeknya apa.

2. Karena ini akupunktur, jadi banyak titik-titik akupunktur yang juga jadi sasaran huhu
Gimana rasanya? Sakit. Ngilu-ngilu sedap. Titik-titik yang dituju itu titik jantung, hati, lambung, paru-paru, ginjal, dan ovarium.
Jantung: Karena well you know it...
Hati (hepar): Ada pengaruhnya dari dan ke jantung
Lambung: Pencernaan nya dibenerin supaya badan saya berisi, udah keliatan berisi belom? T__T
Paru-paru: Dikuatin aja supaya kalo ada cairan yang masuk nggak bikin edema paru (sumpah ini sok tahu wekaweka)
Ginjal: Karena terlalu lama dan banyak ngobat pinggang jadi sering sakit, mikirnya pegel gitu awalnya. Tapi kayaknya bukan jenis pegel otot, ternyata eh ternyata...ginjal nya kerja keras selama ini.
Ovarium: Karena sering sakit kalo PMS, kayak mau pingsan. Paradah....

Karena hepar juga jadi sasaran, kalo abis begadang gitu suka sakit titik hepar nya. Jadi memang selama terapi nggak berani begadang sering-sering. Sakit sumpah. Paling lama jam 11 malam udah tidur. Karena nggak bisa juga begadang wkwkwk. Awal terapi itu, efeknya ngantuk parah sama pusing. Bah kacau...awalnya nggak tau. Pas bawa motor keliyengan, alhamdulillah gak napa-napa.

Terus...ginjalnya udah nggak sakit lagi. Nah, ini yang cakep. Kalo lagi menstruasi, nggak pake keringet dingin lagi. Tetep sakit sih, tapi better than before. Serius, malah bulan ini tau-tau aja gitu mens nya.

Yang ngeri kalo pas lagi jelek badannya. Kenapa? Nyetrum broo.
Terapi ke 7-10 Saya sampai nangis wkwkw. Pas jarum nya itu ditusuk di titik jantung, langsung nyetrum. Bah....nangis guah.

Sedih banget, kalo nangis nggak bisa apa-apa karena tangan di tusuk juga. Yang ngelap air matanya mbak terapis nya huhu. Malu sih tapi gimana dong. Nyetrum kan jadi kaget. Mbak nya juga sampai bilang, listrik yang di badan Saya tinggi, jadi dia sering kena setrum kalo nusuk.

3. Kadang, ada pasien dengan keadaan jauh lebih buruk. Ada satu pasien, cowok, umur 17 tahun, lupus keturunan dari alm,ayahnya. Pernah satu kali, kita barengan terapi nya. Dari ruang sebelah, dia teriak gitu...kasian.

Minggu sebelumnya, saya diantar Ibu. Dia sempet ngobrol sama Ibu dan ditanyain soal terapi.
" Katanya nggak sakit lho Ga, yang lupus itu,"
" Tapi pas kemaren bareng dia teriak bu, dia bilang nggak sakit pasti karena sakitnya tusuk jarum masih lebih mending dibanding efek lupusnya dia."

Well, malu sih. Masih suka ngeluh, masih suka maksiat, padahal....Allah nggak akan ngasih ujian melebihi apa yang bisa kita hadapi. Bahkan ketika kita sakit, itu jadi pengurang dosa selama kita ikhlas. Duh malu pokonya mah....

4. Nggak bisa bohong. Kalo terapi obat, tiap kontrol Cardioman cuma nanya dan Saya jawab sekedar. Kesannya...baik-baik aja badannya sekalipun lagi sesak.

Terapi ini nggak bisa bohong, beneran. Saya bisa bilang, nyesek dikit. Tapi semua titik jantung nya ngilu dan nyetrum. Hafftt

5. Titik-titik tujuan.
Di tangan ada 4x2 = 8.
Di kaki ada 5x2 = 10.
Di punggung ada 4x2 = 8.
Dan nggak sekaligus, 15 menit pertama ada berapa titik, terus lanjut 15 titik berikutnya. Terus selesai dicabut, bagian punggung 15 menit.

6. Hasilnya...
Day by day I'm getting stronger hoho. Naik tangga nggak ngos-ngosan lagi. Tapi belum coba naik gunung lagi sih ahah.
Tensi juga makin bagus. Awal kesana rendah cuma 90/60, mikirnya memang darah rendah. Denyut nadi nya 60, dibawah normal (katanya).
Nah hari ini, tensi 110/80 (normal) denyut nadi 80 (normal).

Setalah 12x ini, Saya nggak kesana seminggu sekali lagi. Tapi kalau berasa nyesek ya...mending ini daripada ngobat lagi.

Rencananya tahun depan mau ECG lagi, buat lihat hasil denyutnya, aritmik atau sudah lebih baik. Gitu. Yeay....selesaaaiiii..

Masa-masa galau pasca tusuk jarum, serius...kalo abis tusuk jarum kayak lemes banget gitu. Dan sakit kan bekas tusuk nya, jadi ngerasa butuh suami. EHEM...kode...siape yang dikode juga gak ada wkwk. Kayak butuh orang buat nenangin Sya gitu sih ahaha pansik...yagitulah...

Udahan dulu lan ya, efek terapi nya mulai berasa. Jam 9 malam udah teler wkwkw



Senin, 28 September 2015

Double therapy for double effect

Judulnya kayak iklan apa gitu ya...ahaha
Yah karena saya mulai lelah (adek lelah bang) dengan konsumsi obat-obatan yang efeknya agak lama, dan menguras uang, serta menguras energi, juga berdampak ke fisiologi. Jadilah saya dan ibu memutuskan untuk memulai terapi BEKAM. Disamping ngobat, saya juga akan bekam. Maka, dimulailah hari itu berangkat ke klinik terapi punya temen Mbak Yani bareng-bareng.

Minggu, 20 September 2015

Hari sebelumnya, saya main-main ke Pulau Rambut bareng om-om photographer gituh. Nah bagusnya, hari Minggu itu nggak ada keluhan. Padahal Rambut kan panas ya...yah terakhir kali kesana kan sayah pingsan gara-gara dehidrasi ahahaha yodahlah masa lalu (lah, baper).

Minggu pagi, Ibu ngasih tau kalau mau bekam berangkat bareng Mbak Yani. Jadilah berangkat.
Sampai klinik, saya ngantri. Dan sembari nunggu yang lain di akupunktur (di klinik ini ada akupunktur juga), Mbak terapis nya nanya-nanya, sampai pada kesimpulan bahwa saya nggak boleh bekam, tap akupunktur aja dulu buat benerin fungsi cardio nya. NAHLOOOHHH, ADEK GAK SIAP BANNGGG DITUSUK JARUUUMMMMM. Takut tapi malu buat ngomong huaa, yaudah jalanin aja yakan.

Terapisnya ini dulu juga perawat, jadi sedikit-banyak tahu soal medis.
Gimana rasanya akupunktur? Bah...ngilu-ngilu sedaaaapp. Dan herannya semua yang ngilu dibagian kiri. Mbak nya bilang, yang ngilu-ngilu itu titik-titik yang mengarah ke cardio, dan kenapa disebelah kiri itu karena cardio sebelah kiri saya yang rusak. Nah itu lagi diperbaiki makanya ngilu huhu...yang sebelah kanan bagian titik ke lambung yang ngilu. Duh...pengertian banget deh jarum-jarum ini. Lebih pengertian dari kamu, IYA KAMU.

Efek nya? Sesaat setelah terapi, kepala saya pusing banget. Jadi begitu sampai rumah langsung tidur. Dan baru bangun jam 2-an. Parah, kayak orang pingsan. Sore setelah makan, dan mandi saya baru ngeh muka saya pucat banget :((((. Serem banget. Mungkin itu efek nya, pertama kali soalnya.

Seminggu setelah itu efek ngantuk nya gak ilang-ilang, awalnya ragu kalau itu efek terapi. Pas tanya Mbak Yani, ternyata memang gitu. Tujuannya emang buat bikin saya istirahat banyak supaya cardio nya bisa optimal kayak normal.

Jumat, 25 September 2015

Obat abis sudah dari hari Kamis, saya salah hitung jumlah sisa obat, jadi telat. Ditambah kepedean, sudah akupunktur juga, merasa yakin nggak tumbang. Ternyata lalala....Jumat itu kontraksi kencang. Akhirnya yasudah seharian hati-hati. Siang nya daftar online ke Cardioman. Malam nya berangkat ke Cardioman sama ibu.

Zebel deh, kenapa sih Cardioman sekarang praktek nya ba'da Maghrib? Kan jadi....malem sampe rumah. Begitu ketemu, ternyata hasilnya BAGUS. Yeayyyy. Alhamdulillah, efek ngobat teratur dan akupunktur nya berbuah manis. Setelah ngasih resep obat, pulang. Dan bersiap buat besok. Karena Sabtu, 26 September Abi pengukuhan di kampusnya. Obat lupa ditebus karena nyiapin buat hari Sabtu. Jadi, bolong ngobat 2 hari.

Minggu, 27 September 2015

Terapi kedua. Fuh...I'm ready for pain.
Hari Sabtu, ba'da Maghrib obat baru saya tebus. Harusnya: 20 Hapsen, dan 30 Merislon. Tapi karena suka-suka saya banget ahaha. Nggak gitu sih, setelah dua hari bolos ngobat, dan Sabtu itu seharian panas-panasan dan sebetulnya hampir pingsan tapi nggak bilang. Yang penting ada air putih aja dan gak dehidrasi. Aman sampai rumah.

Oiya, karena tekanan masih 100/70 akhirnya tanya ke Cardioman. Ternyata memang untuk seukuran saya harus segitu, itu udah bagus. Pantesan...

Akhirnya, saya minta Hapsen 20, Merislon 10 (karena merasa sudah oke setelah akupunktur), dan Nitrokaf 10 (karena merasa kontraksi dan nggak akan bisa tidur malam itu). Sampai rumah, saya langsung minum Merislon dan nggak lama Hapsen. Sebelum tidur minum Nitrokaf, dan alhamdulillah aman sampai pagi.

Begitu sampai klinik, jawab ini-itu dari pertanyaan Mbak terapis nya. Hasil terapi nya sudah bagus huhu alhamdulillah...nadi saya mulai seperti orang normal.

Efek? Karena Sabtu nya abis panas-panasan, kayaknya sih...jadi sakit banget :((( huhu. Sampai nggak berani gerakin badan. Sakittt. Tapi sekarang udah nggak. Efek ngantuknya juga nggak lagi. After all, those therapies work. Masih agak pusing sih kalau langsung berdiri dari tidur, yah itu proses kan ya.

Sebetulnya sih, kalau abis terapi gitu suka pengen nangis. Capek, sakit aja gitu...tapi Ibu bilang dikuatin aja supaya besok bisa lebih kuat badannya huhuhu.

Lagian, setiap sakit itu kan penggugur dosa ya? Amin allahumma amin.



Minggu, 13 September 2015

Bapak, tunggu sebentar...

Jakarta, 13 September 2015


Bapak, tadi Rega ke makam...

Pak, banyak yang bertanya, ada juga yang 'ngece' karena Rega pakai rok lagi.
Lagi. Iya, setelah lulus SMA tidak sesering pakai rok. Bukan karena nggak ikut kegiatan masjid lagi.
Tapi karena...sesuatu yang lebih dalam. Hati ini butuh banyak belajar.

Beberapa bercanda, " Ciyeee, tahun depan dilamar deh nih!,". Duh, padahal Rega pakai baju begini bukan buat diliat lawan jenis. Baju yang Rega pakai buat BAPAK.

Tapi Rega mau cerita sebentar,

Setelah Bapak dipanggil Allah, Rega marah. Nggak terima. Tapi karena Rega ikut kegiatan di masjid, bagusnya perasaan marah itu sembuh sendiri. Tapi ternyata itu nggak bagus-bagus amat.

Kurang-lebih setahun setelah Bapak nggak ada, Allah kembali menimpakan ujian. Bukan kontra soal meneruskan kuliah kemana, seperti teman-teman Rega waktu itu. Rasanya aneh, kali itu masjid bukan lagi tempat nyaman untuk curhat. Rega juga nggak bisa cerita ke teman. Nggak mungkin rasanya cerita soal itu ke teman. Kasus ini berat. Setelah beberapa tahun kasus itu terlewat, ada yang bilang kalau Rega beruntung masih waras. Anak lain mungkin bakal hilang akal.

Satu hari, Rega bolos sekolah. Setelah semalaman menangis, mata Rega bengkak. Rega malu pergi ke sekolah. Percuma, toh di sekolah juga nggak bisa mikir. Di rumah juga akhirnya cuma nangis seharian. Rega capek...

Rega marah lagi sama Allah. Kenapa sih? Kurang ngasih ujiannya? Seneng amat ngasih ujian? Kayak nggak ada yang lain aja yang bisa diuji. Lucunya, Rega tetap sholat. Tapi cuma sebatas gerakan dan bacaan. Hati Rega sama sekali nggak terarah untuk ibadah, ngambek ceritanya.

Suatu malam, Rega ngadu habis-habisan. Percakapan antara hamba dan Tuhannya, makhluk dan Pencipta, hanya di mengerti bagi mereka yang senantiasa percaya kalau....Allah Maha Baik.

Saat itu, ketika sepertiga malam...Rega nggak mikir sajadah yang basah karena air mata. Biar.
Kekesalan Rega adukan semua, pakai bahasa sehari-hari, dan nggak masalah. Allah senantiasa Maha Mendengar.

Kenapa? Ngambek ya? Dari kemaren sholat tapi nggak bener amat. Ngambek kenapa? 

Kenapa sih? Kenapa Rega lagi? Salah Rega dimana sih? Ada ratusan anak di sekolah, kenapa Rega lagi sih? Allah udah ambil Bapak. Sekarang Allah kasih ini lagi.

Loh, memang kenapa? Sekarang coba pikir. Bapak mu itu punya siapa? Kamu? Yakin? Badan mu sendiri aja bukan punya mu lho.

Rega diam. Mikir. Terus sesengukan. Merasa bodoh. Marah kok sama pencipta sendiri.

Sekarang, pikir lagi. Kamu marah karena dikasih 'beginian'? Kamu dikasih ginian, bisa kan ngelewatinnya? Buktinya sekarang masih baik-baik aja. Sekali-kali kamu harus keluar dari zona nyaman. Lagian, kalau kamu jadi jelek yang rugi siapa? Orang yang jahat sama kamu. Dia berhasil bikin kamu gagal. Ini cara supaya kamu tetap di jalan, supaya kamu nggak jauh dari-Ku. Soal mau marah sama orang itu, nggak usah. Ada balasan sendiri kok buat dia, tenang aja. Percaya deh, Aku nggak pernah jauh. Buktinya, kamu nggak Ku biarkan kan? Kalau Aku mau, kamu bisa Ku cuekin, biarin aja kamu mau bener mau salah.

Sejak itu, Rega memang jadi nggak banyak mengeluh lagi. Tapi rasanya jadi malu...
Malu karena segitu nggak percaya nya sama Allah. Malu karena marah sama Allah.
Akhirnya, karena malu, jadi malu ke masjid, malu sering-sering ketemu Allah di sepertiga malam, malu baca surat cinta-Nya. Dan akhirnya, jadi....Rega yang kemarin. Alhamdulillah jilbab masih...

Terus, kayaknya Allah mulai ngirim pesan lewat beberapa orang. Salah satunya, Mbak H, yang mengajar ngaji di masjid setiap Ramadhan selepas Tarawih. Beliau sudah lama menikah, tapi belum juga dikasih keturunan. Beliau nggak marah Pak, nggak lantas berpikir kalau Allah itu nggak adil. Masya Allah, beliau justru mengajarkan mengaji di masjid setiap malam, gratis buat yang mau belajar. Tapi sudah 2 tahun ini Rega nggak ikutan lagi. Sejak sering keliatan di masjid, orang-orang jadi sering minta Rega baca tilawah di acara-acara. Padahal...Rega aja begini. Mereka nggak tau aja Rega pernah kenapa.

Belum lama ini, di timeline Rega baca postingan.

4 Golongan Laki-laki yang ditarik Wanita ke Neraka

1. Ayah
2. Suami
3. Saudara laki-laki
4. Anak laki-laki (Sila cari artikel nya, maaf lupa alamatnya)

Sempat berbakti sama Bapak pun nggak dikasih waktu sama Allah, Bapak bahkan nggak sempat lihat Rega lulus SMA. Masa iya Rega seret Bapak ke neraka? 

Bapak, maafin Rega. Cuma karena Rega malas pakai rok, cuma karena takut gerah, cuma karena...ah...seribu alasan juga jadi kalau dicari. Maaf pak, Rega belum benar. Rega usahakan pakai rok dan baju yang layak sekarang, pakai jilbab menutup dada dan gak nerawang, dan kaos kaki.
Tapi kalau kondisi nggak memungkinkan pakai rok, Rega juga pakai celana yang nggak ketat. Karena belum ada jilbab baru, jilbab lama Rega dobel supaya nggak nerawang. Kadang memang suka malas buat bikin dobelan jilbab nya, pakai kaos kaki nya. 

Jadi maaf Pak, tolong tunggu sebentar. Rega masih belajar dan istiqomah buat begini. Insya Allah Rega nggak narik bapak ke neraka. Amin ya Rabb...

Wassalam, 

Putri mu   






Kamis, 27 Agustus 2015

Bangun tidurnya pelan-pelan.

Jakarta, 28 Agustus 2015


Sebetulnya sih, kontrol nya udah 2 hari lalu (Rabu, 26 Agustus 2015). Tapi karena obat baru ditebus kemarin sore, jadi baru pagi ini bisa posting. Lagian, apa hubungannya yak, obat sama posting? Ahahha

Jadi, setelah Cardioman bilang, " Datang lagi sebelum obatnya habis ya," Selasa (25 Agustus 2015) saya tanya Ibu, perlu balik lagi atau nggak. Toh juga sudah nggak separah sebelumnya. Setelah dihitung-hitung, Obat akan habis tepat semalam. Akhirnya, jadilah Rabu siang saya booking online untuk kontrol Rabu sore.

Ternyata, hari itu rumah sakit lagi rame-ramenya pasien azzz
Nomor giliran dapet nomor 7, tapi nunggunya sampe jam 19.30 WIB. Haffttt lama banget, mana pasiennya aki-nini semua...akhirnya cuma ngobrol sama Ibu, eh...taunya ada temennya Ibu nganter suami nya yang sakit. Yaudahlah...Ibu-ibu yekan? Saya misahin diri aja, kayak Amuba.

Begitu nama saya dipanggil dan masuk ruangan, tumbenan hari itu saya diperiksa sambil duduk doang ahah. Capek kali Cardioman kebanyakan pasien.

" Terakhir kali EKG kapan? setahun lalu?,"
Saya cuma liat map rekam medis yang selalu saya bawa, " Hmm, Februari 2013 dok, " sambil ditambah cengiran.
" Lah itu mah 2 tahun lalu, ahaha gimana kamu."
" Ahahah iya dok ahahah,"
Cardioman bahagia emang kalo ketemu saya ahaha *geer luh Ga

" Masih berdebar?,"
" Sudah nggak sih dok, lebih baik dibanding kemarin."
Setelah periksa pakai Stetoskop, dan menggumamkan hal-hal baik. Akhirnya...
" Obatnya masih ada? Atau sudah habis?,"
" Tinggal untuk besok dok, "
" Hmm, oke. Nitrokaf nya sudah nggak perlu ya, lambung sudah lebih enak?,"
" Iya dok," Padahal Ranitidinnya cuma 2 hari saya konsumsi aahahah yaudahlah, orang udah baikan kok.

" Keluhan lain?,"
" Suka...itu dok, kalo abis duduk atau tiduran,"
" Oh melayang ya?," Saya sih nggak tau ya kalo melayang berasa gitu ahhaha cuma...
" Ngg gelap gitu sih dok, "
" Itu nggak ada obatnya, kalau habis duduk atau tiduran, jangan langsung berdiri. Tekanannya kan beda, posisi berdiri paling kecil. Kalau langsung berdiri, kaget." Padahal saya biasanya langsung lumpat, nggak berdiri lagi ahhah malah langsung lari pernah. Pantesan sering pusing...

" Saya kasih Merislon ya untuk kunang-kunang nya, mengurangi pening saja."

Tekanan darah kontrol hari itu, 100/60. Lebih rendah dari kontrol sebelumnya.
BB masih sama, 41.5 kg.
Nitrokaf, Ranitidin = Stop.
Obat tambahan, Merislon untuk pusing nya. Dan catatan, kalo punya darah rendah bangun tidur atau dari duduk jangan langsung diri apalagi lumpat Ga...

Senin, 10 Agustus 2015

Halo Cardioman, kangen saya nggak?

Jakarta, 3 Agustus 2015.

Semalam lagi-lagi tidak bisa tidur. Bukan karena tadi siang tidur, atau sore itu ngopi. Dada sebelah kiri berdebar. Ah...sial, 'nyawa cadangan' sudah lama habis. Setiap bangun dari duduk, tau-tau pandangan mengabur. Saya harus mencari pegangan supaya tidak jatuh. Jadi hari itu saya nggak jadi pergi ke kampus. Besok saja sekalian mengantar undangan.

Sore selepas maghrib, debarannya jadi nggak nyantai. Saya duduk di lantai, kepala menempel di dinding.
" Sesak banget bu," saya laporan. Sebetulnya minggu ini sudah ada rencana kontrol ke RS. Tapi berhubung saya sudah begini, ibu kemudian mengajak sore itu juga. Akhirnya sore itu saya menelepon resepsionis RS untuk mendaftar. Ternyata pendaftaran sudah tutup, jadi saya mendaftar untuk besok sore. Alhasil, saya harus mencoba tetap sadar sampai besok.

Jakarta, 4 Agustus 2015.

Pagi ini saya menghindari kopi. Kemarin saya sudah setengah hidup, masa iya hari ini mau mati sekalian? Setelah mengantar undangan ke kampus, saya pulang. Jam sudah menunjukkan pukul 3 sore. Duh janjian sama ibu ke RS jam 4. Dan Cardioman mulai praktik jam 5. Sialnyaaa, saya kena razia yang berbuah surat tilang karena SIM saya mati 4 bulan. Yaelaaa...

Atas nama kebajikan, saya minta surat tilang untuk pengadilan saja. Mumpung masih mahasiswa, idealis seideal-idealnya.

Sampai rumah, niatnya abis sholat langsung pergi. Ternyata....praktik ditunda sampai pukul 18.30. MAKJANG...yaudahlah mau gimana...akhirnya santai dulu depan tv, nonton iklan sampai gak sadarkan diri. Jam 5 bangun mandi, lalu rapi-rapi nunggu maghrib. Jam 18.00 selesai maghrib-an langsung cabut ke RS.

Sampai depan RS, saya turun langsung ke resepsionis, ibu cari parkir mobil. Sampai resepsionis, saya sudah terdaftar, nomornya sudah ditaruh di meja poli Cardio. Begitu sampai depan meja, eh kata perawatnya saya harus minta nomor ke resepsionis di bawah. Padahal yang dibawah udah bilang ditaro di meja. PEAK kan?
" Mbak, harus ambil nomor dulu di bawah," perawat ini ngotot.
" Mbak resepsionis nya bilang nomor saya sudah dibawa ke atas," saya juga gak ngalah.
" Tapi nomor mbak nggak ada, " dia cuma bolak-balikin map catatan medis orang-orang.
" Oh gitu, yaudah saya ke bawah lagi," avoiding problem, males banget debat. Udah nahan sesak dari kemaren, tadi sore ribut sama polisi nilang, perawat ini juga ngajak ribut? Deuh...
" Eh ini...siapa mbak namanya tadi?,"
" Rega mbak...,"
" Rega Alfi Rosalini? map nya ada. Silahkan tensi dulu," I've told you so. Saya cuma naikin ujung bibir sebelah. 100/70. Itu rendah versi saya, pantesan tiap tiba-tiba diri pendangan kabur.

Nggak lama, saya dipanggil setelah Pakde. Anyway, ini kontrolnya barengan Pakde. Setelah dipersilahkan ke tempat tidur, Cardioman ngasih resep ke Pakde. Beliau menghampiri saya. Mukanya kayak ngomong, " Ada apa nih? Pasti lu sakit lagi kan? Kalo gak separah itu, gak bakal lu kesini."
Seperti biasa, beliau malah nanya " Kemaren itu ada yang jatuh ke kawah ya?,"
" Oh iya dok, "
" Kamu nggak naik gunung lagi?,"
" Lagi nyusun tugas akhir dok,"
" Itu yang jatoh, jatoh kemana?,"
" Kawah merapi dok, ahahah,"
" Ah gila. Sama siapa dia?,"
" Sendiri dok. Lagi foto-foto sendirian di puncak garuda yang bentuk garudanya udah hilang,"
" Halah, bocah...bocah...anak mana?,"
" Bekasi kayaknya, " Sumpah ini saya ngasal ahahah abis...aahaha gimana...
" Berdebar?," akhirnya....the sense of cardioman nya keluar.
" Iya dok."
" Berapa lama kamu nggak kontrol?,"
" 1 tahunan dok, " Beliau liat map medis saya dan membenarkan, " 1,5 tahun kamu nggak kontrol."
Bisa apa? Saya diem aja.

Setelah kita pindah ke meja beliau, dan ada ibu disitu.
" Susah tidur? Sesak?,"
" Iya dok, "
" Sudah berapa lama?,"
" Kalo sesak semingguan ini dok, tapi susah tidurnya dua malam ini."
" Keluhan lain?,"
" Pusing. Lemes, nggak bisa tidur tapi lemes terus."
" Ada keluhan asam lambung?,"
" Ada dok,"
" Balik lagi sebelum obat habis ya," setelah ngasih resep saya pulang. Resep dibeli di apotek langganan supaya dapat diskon. Ada 3 obat yang saya minum;
1. Ranitidin 2x sehari sebelum makan.
2. Nitrokaf 2x sehari setelah makan.
3. Hapsen 1/2 - 1 tablet sehari setelah makan.

Harusnya sih aturan makan nya itu gak perlu ditulis, kecuali untuk Ranitidin. Pasti dia apoteker baru. Kesimpulan kontrol saya...mungkin saya stress karena skripsi ini yang kemudian berakibat kambuh, dan sudah lama juga gak ngobat. Faktanya, kemungkinan besar saya malah harus ngobat seumur hidup. Kalo kata Mbak Yani gitu, karena fungsi obat ini mencegah pembekuan darah di sekitar katup saya.

2-3 hari setelah kontrol, saya sangat teratur minum sesuai anjuran.

Jakarta, 10 Agustus 2015

Tadi pagi lupa minum obat, siang kelewat juga. Baru minum sore, sama satu lagi sekitar 45 menit lalu. Dan sekarang, kepala mulai keliyengan. Salah sendiri minum obat kok ngasal. Sekian...

Senin, 09 Maret 2015

Surat untuk Partner; Allien of Mars

Cibubur, 9 Maret 2015
Kepada: Partner in Crime, yang menemani kebodohan ku dulu

Tentang: Bicara Serius

Selamat sore, senja belum mulai jatuh di tempat ku menulis ini. Aku yakin tempat mu juga belum. Aku perlu basa-basi tidak sih, tanya kabar mu? 

Baiklah, pertama-tama. Aku disini baik-baik saja (kalau kamu mau tahu). Yah, seperti biasa. Kadang, masih sering merasa nyeri di bagian 'itu'. Tapi kamu tahu kan? Aku sudah berhenti, sebetulnya mengurangi. Kadang, aku tidak bisa tidur kalau sedang kambuh. Oke, cukup soal Aku. 

Kamu, apa kabar? Belakangan ini, entah kenapa perasaan ku tidak enak soal kamu. Lagi. Terakhir kali aku merasa seperti ini, kemudian aku tahu kamu sakit. Tapi rasanya kali ini 'sakit' mu agak parah. Aku khawatir, tapi tidak takut. 'Dia' pasti menjaga mu kan? Ah ya, pasti. 

Sejak awal, aku curiga soal 'dia'. Seharusnya, 'dia' akan selalu disamping mu. SE-LA-LU. Tapi entah kenapa, aku selalu merasa kamu sendirian. Akhir tahun lalu, aku mendapat firasat kamu jatuh, sendirian. Padahal ada 'dia'. Sekarang-sekarang ini, aku mendapat firasat kamu 'sakit', sendirian, masih dalam posisi 'jatuh' mu. Yang mau kutanyakan, Kamu baik-baik saja sekarang?.

Op..op...tidak perlu menjawab, Aku tahu kamu selalu tidak ingin terlihat lemah. Entah takut atau malu. Tapi aku selalu bisa 'melihat' mu. Berbohong pun percuma, Aku tahu. 

Dulu, aku bisa menawari mu tangan untuk berdiri, banyolan untuk ditertawakan, atau sekedar telinga untuk mendengar curhat mu. Walaupun, dulu 'dia' pun ada di dekat mu, aku masih bisa melakukannya. Sekarang, sekalipun 'dia' jauh, aku sudah tidak bisa. Jangan kan menawari telinga, mendekat pun aku akan terlihat salah. 

Jadi, semoga kamu membaca ini. Kalaupun tidak, semoga Allah menyampaikan ini. 

Aku juga pernah jatuh. Kemudian diinjak, ditendang, dipukuli, diludahi. Nggak percaya? Aku hampir pernah berniat untuk 'pergi' dari Allah. Tapi Allah tidak pernah meninggalkan bocah perempuan ini. Perlu kelapangan luar biasa untuk menerima musibah, yang dalam bahasa baik nya ujian. Aku tahu kamu tidak perlu diingatkan soal ini. Tapi kamu perlu disadarkan. Partner, kamu tidak cukup lapang, tidak cukup sabar. Kesal? Karena kesok-tahuan ku? Seharusnya kita memang meluangkan waktu lebih banyak untuk cerita. Supaya kamu tahu apa maksudku.

Kamu selalu bilang aku tidak akan mengerti. Oh iya tentu saja, toh kamu tidak pernah cerita. Bukankah kita sepakat untuk melihat dari berbagai perspektif? Itu dia alasan mengapa aku masih ingin memberitahu mu ini, melalui surat. Semua orang punya hal yang tidak bisa dibagi. Aku juga. Kamu tahu? Kita sama-sama penyimpan rahasia. Kita sama-sama takut. Kita sama-sama suka memakai sesuatu untuk menutupi. Beda nya; Aku tahu pasti kapan membuka itu, supaya orang lain tidak merasa dikelabui. Kamu, tidak. Penuh tipuan agar disenangi. Ketika orang lain tahu rupa asli mu, mereka lalu pergi. Bahkan marah. Tentu saja, kamu kelabui mereka Partner! Aku tidak lari, tidak berusaha marah. Karena aku sudah tahu sebetulnya. Tapi aku menjaga jarak untuk keselamatan ku sendiri. 

Aku bisa melihat obsesi mu hanya dari kilatan matamu senja itu. Sekaligus melihat sepi dan rindu mu dari cahaya mata mu yang bias dengan lampu kota di jembatan itu. Kamu menyedihkan. Seperti aku dulu. Ketika aku 'kehilangan' diri karena obsesi, ada orang-orang di sekeliling ku yang memegang tangan ku agar tidak tersasar jauh. Mereka menemani disamping ku, bukan didepan ku layaknya memimpin, atau dibelakang layaknya tidak peduli. Mereka memegang bahuku, mendengarku, bicara padaku. Aku ingin seperti itu. Kalau masih bisa. Tapi sekarang ini, sepertinya bukan ranah ku lagi. 

Sekarang, aku hanya ingin berbagi 'obat' ketika aku merasa 'jatuh' pada obsesi ku, atau hal lain.

        Wahai orang-orangg yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat. Sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar. (Q.S 2: 153)

        Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar (Q.S 2: 155)

        Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan ( Q.S 94: 5)

Maha Benar Allah dengan segala firman-Nya

Aku nggak akan memberi peluk yang kamu minta, karena Allah akan memeluk mu dengan cara yang luar biasa. 
Aku nggak bisa memberi tangan untuk kamu berpegang, cukuplah Allah jadi penolong.

Ah iya, aku ingin bilang. Sewaktu kamu menjadi imam, aku agak deg-degan. Apa suara mu lebih bagus dari Ustad Qomar? Oh tidak mungkin, hafalan dan suara sekaliber ustad. Walaupun kamu bilang kamu ingin belajar 'kaffah' dan keluarga mu berusaha syar'i. Maaf sekali, aku ragu. Bagaimana mungkin kamu belajar kaffah sedang kalian sering 'berdua'. Perlukah kuingatkan kalian berdua dimana? Jangan, nanti kamu malu. Sekalipun saat itu kamu tidak mengakui 'dia', toh kamu tidak menjaga pandangan bukan? 

Makanya aku penasaran. Sebagus apa suara orang yang mau belajar 'kaffah' ini? Sekaya apa hafalannya? Kalau hanya sekaliber Kak Andi, yah itu belum apa-apa. Kak Andi dengan kamu saja sudah beda 5 tahun, masa iya hafalan nya selevel? Begitu kamu mulai takbiratul ihrom, aku menyimak. Dan langsung kecewa, Kunto dan Syahnaz pun lebih bagus dari kamu. Maaf aku bilang begini. Satu pesan lagi, jangan mengumbar perkataan baik. Apalagi soal agama. Kalau ketahuan kamu tidak sebagus itu, kamu akan malu. 

Mungkin, Allah cemburu. Kamu lebih sering berduaan dengan 'dia' dibanding dengan-Nya. Padahal halal saja belum. Makanya, walaupun kamu belajar syariat tapi tidak berbekas. Kenapa aku bisa berkata ini? Aku juga beitu Partner. Sungguh deh.

Hafalan ku hilang. Seperti yang kubilang, mungkin Allah cemburu. Aku ke masjid punya tujuan lain, bertemu Mas Ganteng. Ke rumah Allah bukan niat bertemu Allah (baca= ibadah) malah cari yang lain. Kita sama-sama buruk. Tapi,  Kita sama-sama punya niat baik. Yuk benahi.

Cepat sembuh, cepat kembali Partner. Allah be patient one :)

Salam, 

R. A. R



Kamis, 26 Februari 2015

Surat Untuk Bapak

Jakarta, 26 Februari 2015



Kepada:
Bapak di Rumah Allah

Tentang: Hidup yang Tak Lagi Sama

Bapak, Rega nggak sanggup rasanya. Demi Allah ini melelahkan. Lebih-lebih dari apa yang dulu. Kalau dulu Bapak memberikan soal sebelum Rega boleh bermain, rasanya ini lebih. Soal ini diberikan oleh-Nya. 

Katanya, Allah nggak ngasih cobaan yang tidak mampu dilewati hamba-Nya. Kenapa Rega terus-terusan dicoba begini? Rasanya capek Pak.

Bulan lalu, tepat tanggal yang sama, Rega menyebrang ke Lampung dari Pelabuhan Merak. Rega ingat Bapak. Waktu kecil, Bapak pernah ajak Rega ke Pelabuhan, kita berangkat dari rumah Bude. Setiap Rega lihat kapal, Rega ingat foto kapal Bapak yang Bapak ambil pakai kamera digital. Rega mau kirim surat, nanti dilarung di laut. Tapi ada teman-teman. Rega takut nangis, malu. Tapi Rega juga kangen, mau cerita sama Bapak. Rega capek Pak. 

Tiba-tiba dunia Rega berubah belum ada setahun Bapak pergi, dunia jungkir-balik. Semua orang nggak percaya sama Rega. Semua. Cuma Abi yang tau, tapi Abi masih kecil. Kita nggak bisa apa-apa. Setahun kemudian, akhirnya beberapa orang mulai percaya. Tapi sudah terlambat. Semua sudah terlanjur berubah.

Kemudian, drama ini berulang terus, rasanya seperti punya siklus sendiri. Rega capek. Sebaiknya memang nggak ngeluh. Tapi Rega nggak tahan. Sewaktu teman-teman seumuran galau pilih universitas dan fakultas, atau galau soal pacaran, Rega harus lebih kuat dari itu. Cerita juga percuma, pengalaman yang mereka alami berbeda jauh. Rega cuma bisa nangis tiap malam, kadang sambil sujud, kadang sambil manggil-manggil Bapak.

Lalu, baru pertengahan tahun lalu semua menjadi jelas. Allah menunjukkan semuanya. Tapi nyatanya itu tidak mengubah banyak hal. Semua orang memang percaya sekarang, tapi mereka juga nggak bisa apa-apa. Mereka cuma bilang sabar. 

Kalau sudah capek gini, Rega cuma bisa meluk foto Bapak di kamar sambil nangis. Rega cuma kasian Dito Pak. Bapak pergi waktu Dito masih kecil. Rega nggak tahu Dito ngerasani apa, yang keliatan Dito riang-riang aja.

Bapak lihat kita nggak sih? Bapak sedih nggak? Rega sudah di level lelah paling memuakkan. Kenapa harus begini sih Pak? Kenapa bukan orang lain? Bapak sudah diambil, lalu kenapa masih ada yang lain? Apa Allah suka dengan air mata?

Mempertanyakan hal-hal itu memang bukan jenis pertanyaan pintar. Tapi Rega capek. 

Bapak, sebelum penutup Rega mau bilang, Rega mau peluk Bapak sekali lagi aja. Nggak banyak-banyak. Cuma untuk memastikan Bapak tahu Rega kuat, Rega sabar, Rega bisa Bapak percaya. Sekali aja Pak, kuatkan Rega.

Dulu, Rega jarang meluk Bapak karena Bapak melaut. Kalau Bapak pulang, Rega cuma cium tangan. Kalau Bapak berangkat lagi, Bapak nggak mau dipeluk karena takut nangis. Rega nggak pernah peluk Bapak setelah besar. Sewaktu Bapak mau dimakamkan Rega juga nggak sanggup meluk Bapak karena Rega nangis. 

Bapak, jangan lupa mampir di mimpi.

Salam Kangen Tak Terhingga,

Putri mu