Senin, 20 Mei 2013

Kontrol Bulan ke-3 (Mei)

Kontrol bulan ini nggak seperti biasanya, karena saya terpaksa ambil jatah izin kuliah. Biasanya saya ambil hari Sabtu atau kalau ada kuliah yang libur. Tapi Sabtu, 18 Mei 2013 masih di Tegal untuk kuliah lapangan, balik ke Jakarta masih hari Minggu. Sedang obat tinggal untuk dua hari. Jadilah hari ini, 20 Mei 2013 saya pergi ke rumah sakit untuk ketemu kardioman ini lagi.

Begitu sampai, daftar (didaftarin mas Bayu) langsung ke ruang tunggu, nggak lama langsung di tensi. Seperti biasa hahaha
" 100/70. Ada riwayat darah rendah ya?" tanya perawat.
" Iya sus ". Saya akhirnya punya kesimpulan, I really get hypotension. Saya pikir, untuk kontrol sebelumnya saya memang nggak sarapan pagi, biasanya cuma nyemil biskuit sama minum susu sebelum ke rumah sakit. Tapi pagi ini saya sudah minum segelas susu dan tepat sebelum berangkat makan nasi plus sop bakso. Kurang bergizi apeeee?

Setelah itu saya duduk di ruang tunggu, dapat urutan ke-7.
" Di dalam urutan ke berapa mbak?"
" Baru urutan 1, dokternya baru dateng, "
" Buseee," dalam hati. Aahh bakal super mega bosen ini -___-
Dan dimulailah adegan menunggu selama hampir dua jam. Hal paling membosankan, semua pasien dokternya mbak2 gitu, ada bapak2, ibu2, dan saya paling muda -______-
Ada mas2 yang-cuma-kebetulan lewat depan ruang tunggu kardiologi. Nggak ganteng sih, tapi lumayan lah...

Setelah giliran saya (aaaa akhirnya...)
" Siang dok, " sapa saya seperti biasa.
" Silahkan, " dokter ini tersenyum. Beliau sedang menulis sesuatu, untuk seorang pasien bapak2, penting kayaknya. Setelah selesai, beliau beralih ke saya.
" Gimana? terkahir kali 2 kali ya?," tanya beliau.
" Iya dok, "
" Masih sering?,"
" Kemaren abis lari, jantung nya kayak di cengkeram dok, "
" Hmm gitu, kalau abis lari aja kan? "
" Ngg iya, "
" Ya sudah langsung aja, " beliau menyilahkan saya ke tempat tidur pasien.

" Masih sering?," tanya beliau mula-mula.
" Udah nggak terlalu dok, "
Beliau menaruh stetoskop nya.
" Udah bagus nih, " beliau tersenyum dan mengangguk-angguk.
" udah bagus ya dok, " saya sumringah.
" Iya, gak berdebar lagi, sudah teratur, " saya yakin beliau menangkap air muka saya yang kegirangan.
" Kamu masih suka naik gunung?,"
" Masih dok, hehe," saya nyengir lebar. Saya gak bisa nahan kegirangan hahahahah. Beliau ikut nyengir.
" Kapan lagi ?,"
" Baru aja kemaren dok, "
" O iya? Kemana?, "
" Tegal,"
" Ooh Jawa Tengah?,"
" Iya dok, ". Berbarengan dengan itu pemeriksaan selesai.

" Tapi kalau mau datang bulan juga suka sakit dok, "
" Hmm gitu?,"
" Iya, apa gitu ya dok?,"
Saya turun dari tempat tidur dan duduk di depan meja nya. Tidak lama ada pasien, kakek2 yang saya lihat di ruang tunggu, sepertinya beliau menjalani banyak pemeriksaan. Sedang kambuh.
Kardioman akhirnya beralih ke kakek ini, saya juga tidak keberatan. Meski saya menunggu lebih lama dari beliau, beliau lebih butuh.

Tak lama kembali ke saya, " Jadi kalau abis lari aja sakitnya?"
" Iya dok, "
" Berapa menit larinya?,"
" Nggak ngitung dok hehe, "
" Lari pagi gitu?,"
" Bukan dok, saya lagi..." beliau menunggu saya melanjutkan cerita. Beliau sadar, cerita saya akan lama.
" Saya lagi pengamatan elang, terus saya lari sisi seberang ke tempat yang lebih lapang, karena dari sisi sebelumnya nggak keliatan. Pas lari jantung saya kayak di cengkeram, tapi saya lanjutin lari, "
" Hmmm," beliau tersenyum antusias, seperti biasa kalau mendengat cerita saya lainnya.
" Terus kalau datang bulan, juga suka sakit dok. Beberapa kali seperti di cengkeram, "
" Setelah itu rasanya berdebar?,"
" Iya dok. Kalau kayak gitu saya minumnya 3 dok,"
" Iya iya...gapapa,"
" Obat nya masih ada?," beliau mulai menulis resep untuk saya.
" Masih dok, "
" Mau kemana lagi ?,"
" Insya Allah Semeru dok, "
" Jawa Tengah?,"
" Bukan dok Jawa Timur,"
" Kalau kayak gini, gapapa kuliahnya?,"
" Iya ini makanya izin dok. Makanya mau minta surat izin, "
" Bukan, maksudnya kalau naik gunung kuliahnya gapapa ditinggal?,"
" Yaa nggak apa-apa dok, haha."
" Nih, sama suratnya minta ke depan ya, "
" Makasi dok, ".
Saya keluar ruangan.

Saya heran, kenapa ya beliau antusias sekali mendengar cerita tentang pendakian?
Sepertinya, dulu semasa kuliah beliau hanya fokus ke dunia perkuliahannya, iyalah kedokteran -__-
Dan mungkin, saya satu-satunya pasien yang bisa membawa "kehidupan" di ruangan praktiknya.
Saya bercerita tentang alam dan penghuninya seperti bercerita tentang sarapan yang saya makan.
Dan ketika saya bilang kalau jantung saya seperti di cengkeram, saya seperti bilang, " sakit sih dok, tapi yaaa cuma gitu,". Mungkin, pasien lain jarang ada yang se-nekat dan se-cuek saya. Apalagi yang beliau temui biasanya sudah usia lanjut yang perlu perawatan khusus, pun ada yang muda mereka juga bukan penggiat alam. Yah mau gimana...ini kan Rega.