Jakarta, 3 Agustus 2015.
Semalam lagi-lagi tidak bisa tidur. Bukan karena tadi siang tidur, atau sore itu ngopi. Dada sebelah kiri berdebar. Ah...sial, 'nyawa cadangan' sudah lama habis. Setiap bangun dari duduk, tau-tau pandangan mengabur. Saya harus mencari pegangan supaya tidak jatuh. Jadi hari itu saya nggak jadi pergi ke kampus. Besok saja sekalian mengantar undangan.
Sore selepas maghrib, debarannya jadi nggak nyantai. Saya duduk di lantai, kepala menempel di dinding.
" Sesak banget bu," saya laporan. Sebetulnya minggu ini sudah ada rencana kontrol ke RS. Tapi berhubung saya sudah begini, ibu kemudian mengajak sore itu juga. Akhirnya sore itu saya menelepon resepsionis RS untuk mendaftar. Ternyata pendaftaran sudah tutup, jadi saya mendaftar untuk besok sore. Alhasil, saya harus mencoba tetap sadar sampai besok.
Jakarta, 4 Agustus 2015.
Pagi ini saya menghindari kopi. Kemarin saya sudah setengah hidup, masa iya hari ini mau mati sekalian? Setelah mengantar undangan ke kampus, saya pulang. Jam sudah menunjukkan pukul 3 sore. Duh janjian sama ibu ke RS jam 4. Dan Cardioman mulai praktik jam 5. Sialnyaaa, saya kena razia yang berbuah surat tilang karena SIM saya mati 4 bulan. Yaelaaa...
Atas nama kebajikan, saya minta surat tilang untuk pengadilan saja. Mumpung masih mahasiswa, idealis seideal-idealnya.
Sampai rumah, niatnya abis sholat langsung pergi. Ternyata....praktik ditunda sampai pukul 18.30. MAKJANG...yaudahlah mau gimana...akhirnya santai dulu depan tv, nonton iklan sampai gak sadarkan diri. Jam 5 bangun mandi, lalu rapi-rapi nunggu maghrib. Jam 18.00 selesai maghrib-an langsung cabut ke RS.
Sampai depan RS, saya turun langsung ke resepsionis, ibu cari parkir mobil. Sampai resepsionis, saya sudah terdaftar, nomornya sudah ditaruh di meja poli Cardio. Begitu sampai depan meja, eh kata perawatnya saya harus minta nomor ke resepsionis di bawah. Padahal yang dibawah udah bilang ditaro di meja. PEAK kan?
" Mbak, harus ambil nomor dulu di bawah," perawat ini ngotot.
" Mbak resepsionis nya bilang nomor saya sudah dibawa ke atas," saya juga gak ngalah.
" Tapi nomor mbak nggak ada, " dia cuma bolak-balikin map catatan medis orang-orang.
" Oh gitu, yaudah saya ke bawah lagi," avoiding problem, males banget debat. Udah nahan sesak dari kemaren, tadi sore ribut sama polisi nilang, perawat ini juga ngajak ribut? Deuh...
" Eh ini...siapa mbak namanya tadi?,"
" Rega mbak...,"
" Rega Alfi Rosalini? map nya ada. Silahkan tensi dulu," I've told you so. Saya cuma naikin ujung bibir sebelah. 100/70. Itu rendah versi saya, pantesan tiap tiba-tiba diri pendangan kabur.
Nggak lama, saya dipanggil setelah Pakde. Anyway, ini kontrolnya barengan Pakde. Setelah dipersilahkan ke tempat tidur, Cardioman ngasih resep ke Pakde. Beliau menghampiri saya. Mukanya kayak ngomong, " Ada apa nih? Pasti lu sakit lagi kan? Kalo gak separah itu, gak bakal lu kesini."
Seperti biasa, beliau malah nanya " Kemaren itu ada yang jatuh ke kawah ya?,"
" Oh iya dok, "
" Kamu nggak naik gunung lagi?,"
" Lagi nyusun tugas akhir dok,"
" Itu yang jatoh, jatoh kemana?,"
" Kawah merapi dok, ahahah,"
" Ah gila. Sama siapa dia?,"
" Sendiri dok. Lagi foto-foto sendirian di puncak garuda yang bentuk garudanya udah hilang,"
" Halah, bocah...bocah...anak mana?,"
" Bekasi kayaknya, " Sumpah ini saya ngasal ahahah abis...aahaha gimana...
" Berdebar?," akhirnya....the sense of cardioman nya keluar.
" Iya dok."
" Berapa lama kamu nggak kontrol?,"
" 1 tahunan dok, " Beliau liat map medis saya dan membenarkan, " 1,5 tahun kamu nggak kontrol."
Bisa apa? Saya diem aja.
Setelah kita pindah ke meja beliau, dan ada ibu disitu.
" Susah tidur? Sesak?,"
" Iya dok, "
" Sudah berapa lama?,"
" Kalo sesak semingguan ini dok, tapi susah tidurnya dua malam ini."
" Keluhan lain?,"
" Pusing. Lemes, nggak bisa tidur tapi lemes terus."
" Ada keluhan asam lambung?,"
" Ada dok,"
" Balik lagi sebelum obat habis ya," setelah ngasih resep saya pulang. Resep dibeli di apotek langganan supaya dapat diskon. Ada 3 obat yang saya minum;
1. Ranitidin 2x sehari sebelum makan.
2. Nitrokaf 2x sehari setelah makan.
3. Hapsen 1/2 - 1 tablet sehari setelah makan.
Harusnya sih aturan makan nya itu gak perlu ditulis, kecuali untuk Ranitidin. Pasti dia apoteker baru. Kesimpulan kontrol saya...mungkin saya stress karena skripsi ini yang kemudian berakibat kambuh, dan sudah lama juga gak ngobat. Faktanya, kemungkinan besar saya malah harus ngobat seumur hidup. Kalo kata Mbak Yani gitu, karena fungsi obat ini mencegah pembekuan darah di sekitar katup saya.
2-3 hari setelah kontrol, saya sangat teratur minum sesuai anjuran.
Jakarta, 10 Agustus 2015
Tadi pagi lupa minum obat, siang kelewat juga. Baru minum sore, sama satu lagi sekitar 45 menit lalu. Dan sekarang, kepala mulai keliyengan. Salah sendiri minum obat kok ngasal. Sekian...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar