Minggu, 02 Maret 2014

Surat ke-3; Pematah hati

Jakarta, 2 Maret 2014


Teruntuk: Pematah Hati
Di Tempat mu mengukir malam

Selamat malam,
Huhu, aku manis sekali malam ini. Sapa ku juga sangat baik, bukan?
Yah...untuk seukuran 'kita' oh...bukan 'aku-kamu', yang sudah lama tidak berhubungan.

Rasanya aku mau lari saja dari bumi begitu aku melihat mu kembali.
Tapi aku ingat perbuatan mu, Pematah Hati. Untuk itulah aku masih disini. 
Untuk menuntut balas? Hoho, tidak. Aku tidak sejahat itu, tapi aku juga bukan malaikat. 
Aku akan menjadi bayangan mu. Mungkin menjadi selimut malam mu, atau menjadi wangi sabun mu. 
Membiarkan mu bicara, bercerita, bagaimana rasanya memainkan hati perempuan, ups!!!
Oh...oh...mungkin aku yang terlalu percaya diri. Iya pasti aku yang terlalu percaya diri.
Upik Abu yang mengharapkan Pangeran? Ah ya, aku bukan Cinderella. Juga tak pernah mau jadi dirinya. 
Aku adalah Aku. 

Aku masih membayangkan, apakah kamu masih suka membayangkan tidur dengan cahaya lilin?
Aku masih membayangkan, apakah kamu masih suka membaca buku sembari mengerjakan hal lain dalam satu waktu?
Aku juga masih membayangkan, apakah kamu masih....KAMU?

Setelah, pengakuan mu dan yang lainnya. Apa yang ku alami dan apa yang lain alami, jelas berbeda. Jadi dimana dirimu yang sebenarnya? Atau Siapa kamu sebenarnya?

Peduli setan kamu siapa, bukan itu yang ku permasalahkan. Sudah lama aku tahu, manusia lebih beringas dari harimau, lisannya lebih berbisa dari ular. Aku sendiri mendeskripsikan diri sebagai setengah werewolf dan setengah krusnik. Manusia tidak ada yang sempurna. Seharusnya kamu tahu itu, seperti kamu tahu bagaimana cara ku tertawa. Ah ya, kamu masih ingat nada tertawa ku? Baiklah, abaikan.

Manusia selalu punya sisi lain, yang tidak perlu atau/dan tidak ingin diketahui orang lain. Aku werewolf dan setengah krusnik, aku menyembunyikan taring, cakar, dan kegelapan dari orang lain disekitarku. Aku tidak mau orang lain tahu, aku 'pemangsa'. Pun ternyata, ketika purnama dan lapar itu tiba, nafsu ku lebih mampu mendominasi. Aku tidak sempurna. Pada akhirnya tidak berusaha kututupi, supaya orang-orang bisa menutup pintu dan jendela rumah mereka ketika purnama. Supaya tidak ada yang terluka. Pun ternyata ada yang tidak bisa menerima ini, aku bisa membuat kesepakatan dengan nya, untuk menjaga sikap dan jarak. Dan memaklumi semua ini.

Kamu bisa melakukannya, kalau tidak mau terlihat sebagai monster jadilah peri. Toh semua dianggap ganjil dan aneh. Aku selalu siap melihat cakar mu dan taring mu, atau sayap mu selama kamu perlihatkan itu dengan baik. Aku-Kamu bisa menjadi partner berburu yang baik; berbagi daerah berburu, berbagi daging buruan, dan merasa bahagia dengan kenyang. Aku-Kamu tidak perlu takut, siapa tahu mereka juga punya ekor dibalik bajunya. Karena tidak ada manusia yang sempurna. Sempurna hanya milik Tuhan. Untuk itulah kita disebut makhluk.

Jangan takut terlihat menakutkan. Karena tidak semua yang terlihat menakutkan itu betul-betul menyeramkan. Sempurna mu terlihat dengan menggenapi kekurangan mu, bukan menutupi nya.


Selamat malam,

RAR