Rabu, 22 Juni 2016

Asam Lambung, GERD? Jangan Asal Minum Obat !!!

Hallooooo!!!!

Sudah lama sekali ya (bersih-bersih blog)...

Saya memang membuat satu blog lagi untuk perjalanan. Dan 'Notes' di Facebook sekarang beralih fungsi menjadi wadah menulis juga. Tapi teuteup ya...blog ini diisi dengan rekam medis.

Ramadhan hari ke-17

Saya bingung mulainya wkwkwk....gimana nih?

Oke, gini...Selepas batal puasa tadi, saya mual...lagi. Sebelumnya selepas sahur tadi pagi juga mual. Malah sebetulnya, sudah beberapa hari ini...betul-betul ingin muntah. Ibu sampai heboh...

1. Colidane (lupa moto)
Minggu lalu, saya ke apotek...langganan. Cari obat lambung; Mylanta, Promagh, dan beberapa merek lain yang beberapa sudah saya coba. Ya, saya coba. Ga...you're not a mice. Saya memang agak ndableg sih soal ini....Apoteker menawarkan saya Colidane (gitu bukan sih tulisannya?), katanya sedang diskon. Ya Allah Mbak...saya nyari obat bukan diskonan....kemudian, dia menjelaskan fungsi tambahan selain mengurangi asam lambung: memperbaiki jaringan mukosa. ALAMAK....tergoda sayah...Jadilah saya bawa pulang satu strip berisi 10 kapsul Colidane, dengan aturan minum 2x1 sebelum atau sesudah makan. Saya curhat dengan apotekernya, berhubung dia tanya, "Sudah kronis mbak?,". Saya menjawab dengan menggaruk kepala yang tidak gatal, " Semua udah saya coba mbak...sama aja." Mbak nya cuma meringis, " Sudah kronis berarti mbak,".

Sejujurnya...saya nggak tahu mbak wkwkwk. Ya...pokoknya kalau kambuh, semua makanan yang masuk keluar, termasuk air putih dan nggak bisa bangun. Kadang bahkan perlu tambahan oksigen, karena asam lambung nya mengganggu kerja jantung. Ini juga salah satu alasan Cardioman memasukkan Ranitidin ke resep obat saya. Does it work? Ya a bit, thanks Cardioman.

2. Ranitidin (foto dengan Omeprazol)
Setelah Colidane ini habis, tidak ada yang membaik....tetap mual, tetap perih, dan ada sensasi terbakar di bagian diafragma. Ga...kamu harus ketemu dokter deh!

Kemudian, saya ingat Cardioman kan kasih resep Ranitidin ya? Beli aja tuh Ranitidin, sebelum ketemu Colidane kan mau beli Ranitidin. Akhirnya, kemarin siang beli Ranitidin dengan dosis minum 2x1. Jadi dengan hari ini, sudah saya minum 3 tablet. Tapi....tadi selepas berbuka....mau muntah lagi. DUH!!!

Something wrong nih! Akhirnya...OK, YOU HAVE TO MEET THE DOCTOR. Tapi ke siapa? AH...iyaaa tanya Iqbal!

Iqbal ini dokter muda #eaa baru lulus #eaa temen SD saya yang agak singit. Sebelumnya, saya pernah tanya-tanya soal MVP dan terapi yang saya jalani waktu itu. Waaa beda banget dia kalau konsultasi medis sama ngobrolin anime wkwkwkw *tepuk tangan. Kayaknya tanya Iqbal aja dulu kali ya, baiknya gimana, pikir saya.

3. Omeprazol

Karena saya tidak punya kontaknya, selain pertemanan di Facebook...jadi saya konsultasi lewat chat ahahah

Saya cerita kondisi lambung terkini dan tindakan apa saja yang sudah saya lakukan. Iqbal bilang, iya itu GERD (cari tahu sendiri ya) terus dia kasih link soal pencegahan GERD. List pertama: HINDARI KOPI KETIKA BERBUKA DAN SAHUR.

BUJUG!!! Mana tahan boooyyyyy. Tapi yaudahlah....kali ini saya iyakan.

Iqbal nanya juga Colidane itu obat apa...Saya jawab dengan penjelasan dari apoteker.
Iqbal: Gak guna sih menurut gw.

NAHLOH.

Saya: Iya ya? Gua asal banget sih minum obat lambungnya. Karena gua gak tau ini udah separah apa.

Iqbal: Jangan asal ga. Udah tau itu maagnya kronis kan


NAHLOH (2)

Saya: Iya maaf.

Iqbal nyaranin untuk minum Omeprazol dosis 2x1. Akhirnya tadi beli lah, dan karena Omeprazol dan Ranitidin bisa dikombinasi ya sudah....kita coba ini dulu.

BZZTTT (Percakapan yang dipenuhi penyesalan karena saya terlalu asal)

Iqbal: Jangan suka minum obat sembarangan ya, apalagi antibiotik.

Saya: Nggak kok kalo antibiotik gua tau resikonya. Paling kayak lambung sama jantung. (Sebetulnya ada kalimat disini yang kalau saya tulis akan menunjukkan betapa bahayanya jadi orang asal)

Iqbal: Resiko ditanggung pemenang ya ga.

NAHLOH (3)

Menurut saya, apoteker itu nggak salah-salah amat....tapi rayuannya menggoda, " Ada loh mbak yang lebih bagus obatnya,"
Saya luluh seketika. Padahal...

FLASHBACK

2 Juni 2016

Terjadi sesuatu dengan saya ketika praktik lapangan di Simo. Penting nggak penting sih, tapi lumayan bikin badan drop karena terus-terusan di'kontak' dengan mereka...sampai nggak bisa tidur, nafsu makan hilang...Ah men...ini dia alasan kenapa harus di ruqyah.

3 Juni 2016

Jumat pagi, pengontaknya baru pulang...tapi nafsu makan sudah hilang. Hari itu makanan yang masuk sedikit sekali dan mulai mual. Dan harus bikin laporan, begadang dah...Inget, begadang boleh saja....asal ada perlunya (Rhoma Irama) wkwkk

4 Juni 2016

Dari pagi mulai demam, mual. Setelah Post-test, saya menuju medis. Asam lambung naik, darah rendah, dan demam: Antasida (entah apa mereknya), paracetamol, dan vitamin B. Tablet pertama diminum, saya langsung tidur wkwkw padahal ada presentasi...gak kuat brooo maapin.

Selepas maghrib sehabis mandi, menggigil ditambah mual. Kok kerja obatnya menurun ya? Malam itu cuma makan lima suap nasi, karena mual lagi.

5 Juni 2016

BUMI GEMPAAAA. Mual, pusing, menggigil, nggak bisa bangun untuk sarapan dan sendirian dalam kamar. Duh Ga, kalau kamu gak makan ini akan jadi lebih buruk. Akhirnya keluar sarapan...cuma bisa makan bubur sama kuahnya dan teh hangat.

Selepas maghrib, ngopi dan nyoklat untuk menaikkan tekanan darah. Tapi masih mual dan sedikit demam.

6 Juni 2016

Puasa pertama, masih mual....dan sampai sekarang penangananannya salah.

Setelah berkali merek nggak mempan...jangan sampai kambuh lagi ya....badan mu nanti hilang Ga :)))

 Anyway, obat beda merek harganya bisa beda jauh yaa. Parah.

NB: Ini dibuat dari pengalaman pribadi ya, kalau doktermu menyarankan yang lain ya ikutin. Pokonya mah jangan kayak sayah...asal.

Senin, 11 April 2016

Gendhis

Kupanggil dia Gendhis, yang artinya gula.
Perempuan Jawa yang datang entah darimana dan kapan tepatnya.

Kami seringkali bersama.
Kulitnya kuning langsat, matanya teduh sayu, alisnya hitam melengkung.
Hidungnya kecil lancip, bibirnya mungil merah muda.
Rambutnya panjang hitam, sebagian digelung keatas sisanya tergerasi di bahu.

Sehari-hari dia memakai kemben dan jarit batik.
Memakai kalung emas panjang sampai dada dan giwang emas.
Tapi tidak memakai alas kaki.

***

Gendhis berusia jauh lebih tua, itu sebabnya kupanggil dia 'Mbak'.
Jangan salah, kami tidak seakrab itu.
Dia hanya menjalankan tugasnya untuk berjaga dan melindungi.
Saya hanya tidak sanggup lepas dari penjagaan.
Jika mata punya retina, kulit punya Meissner, lidah punya papila.
Gendhis juga bagian dari reseptor tubuh. Entah bagaimana...

Sayangnya, ketika reseptor-reseptor itu terhubung dengan saraf.
Menuju ke otak, diproses menjadi sebuah bentuk, sentuhan, dan rasa.
Gendhis tidak terhubung langsung dengan saraf.
Sehingga tidak diproses menjadi sesuatu yang logis.
Itulah sebabnya dulu lebih sering membantah kehadirannya.

Gendhis adalah reseptor lain.
Reseptor untuk tahu bahwa kita tidak bisa selalu membandingkan diri dengan orang lain.
Kita seharusnya memposisikan banyak sosok ketika berpikir.
Kita seharusnya lebih peka.

Kita seharusnya selalu bersyukur. Kita seharusnya menerima diri.

***

Wajah Gendhis sumringah cerah, senyum tak lepas dari sana.
Siang itu melalui layar komputer portabel kami melihat foto-foto Trowulan.
Tiba kemudian foto-foto arca yang terpisah dari bangunan.
Trimurti.
Gendhis melakukan Sembah Hyang setiap kali foto itu berganti, dan lebih lama ketika bagian arca Shiva.

Gendhis wanita yang taat dan lembut. Tapi juga kuat dan berani. Setara dengan Athena.

Pertama kali kaki memijak di salah satu ujung Jawa Barat, Gendhis berdiri di serong kanan depan. Berjaga. Sorot matanya tajam tegas. Posisinya selalu dekat. Sebetulnya apa yang dia jaga? Saya? Dari apa?

Sorot matanya sejuk tenang. Padahal hujan mengguyur deras Prambanan siang itu. Kakinya menapak perlahan diantara orang-orang yang berteduh. Sesampainya di ruang utama, di depan arca Shiva, posisi tangannya Sembah Hyang. Dia sengaja mengajak Saya kesana?

***

Kupanggil dia Gendhis.
Mungkin dia Raden Ayu dulu. Tapi kini dia terikat dengan ku.





Senin, 22 Februari 2016

Ciyee Dapat Kiriman

Sebetulnya mau nulis soal jalan-jalan ke Jogja kemarin, tapi...udah janji blog ini isinya harus random ahahhahaha jadi yang Jogja di keep dulu buat blog perjalanan.

Nah post ini mau cerita soal sakit leher yang dua hari lalu baru sembuh. Sakitnya kira-kira seminggu, mulai berasa sekitar 3 hari setelah balik dari Jogja. Tapi skip dulu, soalnya mau cerita soal terapi (T__T)

Jadi hari Minggu, 21 Februari 2016 udah rencana ikut ke Rambut, diajak Mas Kris. Terus, pas Sabtu nya lagi nyetrika...tiba-tiba ibu mengatakan sesuatu yang horor.

" Ga, kamu udah lama lho nggak terapi. Besok sore terapi ya,"
" Nggak usah bu," 
" Kenapa? Nanti tambah sakit,"
" Ya emang sakit, pasti sakit." 
" Harusnya kamu itu terapi dua minggu sekali, ini udah sebulan lebih lho."
" Iya bu." Nyerah. Akhirnya bilang kalau gagal ikut. Waktu bilang ke ibu kalau mau ke Rambut itu, alasan lain ibu nggak boleh ikut karena nemenin kondangan. Ya...gitu lah jadinya wahah.

Akhirnya, hari Minggu setelah kondangan, nganterin Abi ke stasiun UI, baru terapi. Datang cengengesan ke terapistnya. Naik ke tempat tidur, nggak langsung mulai. Masih kenceng soalnya, entah ya...belakangan ini memang sering kencang. Jadi saya nunggu kira-kira 10 menitan, sampai tubuh siap. Setelah itu...dem...dem...dem...dimulailah tusukan-tusukan itu. 

Dan...benar. Sakit dan nyetrum, sampai nangis ahahah AAAAA....
Yang sakit bagian kiri kebanyakan, yang kanan di bagian lutut juga sakit. Setelah dicabut, bagian itu malah ngeluarin darah dan biru (sumpah itu biru) saya jadi shock zzz. Mikirnya gimana caranya bawa motor, kalau kaki sakit gini. Untungnya masih ada sesi punggung. Lumayan buat istirahatin kaki yang sakit.

Tadi pagi, tau-tau tangan kiri itu pegal ngilu gitu. Pas saya cek, ada pembuluh yang agak nonjol ke permukaan, dan semua urat keliatan gitu, sampek mereka bikin kumpulan di pergelangan juga keliatan, pembuluh darah ini ngapain sih arisan disitu wkwk. Dan biru. Astagah. Sebetulnya tangan kanan juga sama 'biru' nya, tapi pembuluh darah nya nggak ada yang nonjol. 

Kaki kanan yang bekas nya membiru itu sudah mendingan, tapi jadi ada bekas merah nya. Di beberapa bekas tusukan juga ada bekas merah. 

Pas ibu liat saya mengurut tangan kiri yang ngilu, ibu tanya kenapa. Dan saya jelaskan. Sampai siang tadi juga masih nyut-nyutan.

" Makanya, jangan suka telat terapi." Dih gitu amat dah...
Terapist nya juga bilang kalau harusnya saya itu terapi dua minggu sekali, nggak bisa langsung kabur gitu. Bah...gila kali. Udah 12x berturut, sampe nangis, lemes, pusing, pucet kayak mayat. Masih aja....
Capek. Kalau bisa sih nggak mau balik lagi, tapi kan sakit fisiologis nggak bisa.
Harusnya EKG lagi sih, supaya bisa lihat fungsi cardio nya sudah berapa persen setelah terapi. Soalnya ada pasien yang fungsi cardio nya meningkat dari 50% ke 80%. 

Oke. Sekarang soal sakit leher.

Jadi, sakit leher ini tiba-tiba gitu. Saya pikir, karena salah posisi tidur. Tapi cuma leher, dan itu pun di bagian tengkung sebelah kanan. Kemudian, saya beri Counterpain. Bujug, cuma panas, sembuh kagak. 

Ini bukan nyeri otot. 

Setelah dua hari nyeri tidak berkurang, saya tanya ibu. Bulan puasa kemarin, ibu juga kena sakit leher begini. Hari sebelum ibu sakit, saya dapat mimpi, kalau sakit nya ibu ini 'kiriman' seseorang. Akhirnya, pagi itu saya pastikan. Letak sakit nya itu dibagian mana leher. Ternyata betul, sakit leher ini bikin kita sampai tidak bisa menengok ke kanan. Hanya kanan, dan hanya di bagian itu.

Memastikan kecurigaan saya, akhirnya saya browsing soal 'sakit karena gangguan jin'. Sila dicari link-link soal ruqyah syari banyak sekali di internet. Pintar-pintar kita saja, mana yang betulan syari mana yang oplosan. Dari satu link (saya lupa simpan link nya, nyari lagi kok males ya haha), di link itu ditulis kalau suatu kali pada zaman sahabat (apa rasul ya?) pernah ada yang sakit leher, kemudian pergi ke rasul (kalo ga salah ingat). Kemudian, jin nya ditanya-tanya. Jin itu mengaku dia dikirim orang dan dia menduduki leher orang itu sehingga lehernya sakit. Nah...kok?

Oh...jadi gitu? Sekarang saya yang dikirimin? Beraninya sama anak bocah.
Sebetulnya nggak mau suuzhan, tapi rodhok aneh pancene.

Kalau ibu pergi ke seseorang untuk ngobatin ini, saya memilih melawan sendiri. Hasek, jago bat...Since I know, I have a great weapon for fight. TAUHID. 

So, my treatment...

  1. Tiap abis maghrib, mau tidur, dan setelah shubuh saya bacakan ayat kursi + (al muawidzzatain + al-ikhlas) 3x. Kemudian saya tiupkan ke tangan, lalu saya usap di leher sembari dipijat.
  2. Tilawah ba'da maghrib (ini yang kudu banget), kadang kalo belum keburu ngantuk juga sebelum tidur, dan kadang juga bada subuh.
Dan sembuh sejak hari Minggu. 

Gini ya, saya suka kesel banget sama orang yang tau kalau sakitnya dia karena gangguan jin, tapi dia malah pergi ke 'orang pintar' ada yang bergelar ustadz bahkan. Lah, mereka itu biasanya juga bersekutu dengan jin. Kalau kamu disuruh baca bacaan yang tulisannya arab, tanya dulu itu ayat dari surah apa. Atau, pernah tertera di hadits mana? Kalau cuma bilang itu bacaan macam dzikir, mending nggak usah. Kenapa? Amalan macam itu nggak valid. Alih-alih kamu sembuh, jangan-jangan malah kamu jadi melakukan bid'ah. Lagian, emang tahu arti bacaan itu apa?

Allah swt nggak suka diduain sayang, kamu juga kan? Allah swt nggak suka dicuekin, Dia udah kasih As-Syifa (obat), bukan cuma petunjuk, bukan cuma buku sejarah. Kurang sayang apa coba Dia? Allah swt jagain kamu 24 jam dalam sehari selama 365 hari, nggak lupa Dia kasih malaikat di kanan-kiri. Oh satu lagi, Izrail juga ikut jagain kamu wkwkw. Kurang sayang apaaaa? Dan kamu masih coba menduakan Dia cuma gara-gara sakit? 
Dasar payah, dasar lemah...

Dari mentoring liqo, saya tahu fungsi al-muawidzzatain, karena tahu artinya jadi saya mengandalkan dua surah itu, juga ayat kursi. Dan Al-Ikhlas, tau sendiri bunyi suratnya gimana...Allah itu satu, yang boleh saya mintain tolong cuma satu, Dia. Tubuh saya pun punya Dia. Singkatnya, sebenernya kalau kena 'kiriman' itu sebenernya atas takdir Dia juga, kuasa Dia juga, pernah kepikir gitu nggak? 

Allah kayak bilang, " Nih, Saya kasih kamu beginian. Saya mau lihat, kamu lebih pilih siapa?," Nakan...itu ujian juga sebenernya. Makanya, karena saya mau 'naik kelas' saya lebih pilih melakukan ujian-Nya dengan baik. HASEK....

Akhirnya, sejak hari Minggu kepalanya sudah bisa digerakkan ke kanan. Alhamdulillah...

Dan untuk Anda, yang mengirim ini. Anda masih sholat? Masih tilawah? Malu-maluin...Dasar lemah, dasar payah!!! BHAY


Kamis, 28 Januari 2016

Yang Tak Kau Tahu

Ini posting pertama di 2016, ahah blogger nya sedang bertapa. Semoga lekas selesai, supaya blog satu nya juga keurus. Amiiinn
Pertama kepikir untuk nge-post karena baru saja lihat music video nya Before You Exit (check on youtube ya kalau belum kenal :D).

Tadinya sedang mengerjakan...you know what...sembari dengar Prambors FM. Mereka lagi ngobrol sama Exiter (fans nya BYE), jadi penasaran lah sama band baru itu. Pertama, lihat video mereka yang covering Justin Bieber-Love Yourself. Keren.

Lalu, click video single original mereka; MODEL. Absolutely fall in love ahahaa. Selain karena suara dan jago main alat musik (di covering dua orang personilnya main akustik, di single mereka Connor malah main piano. Kan,..), muka-muka personilnya (kecuali Toby) mirip Abang Mas Ganteng. Serius...apa karena saya lagi kangen ya? Hush...suami orang dikangenin. Iya, dia sudah jadi suami orang.

Sebetulnya, akhir tahun lalu tahu kalau dia menikah. Lewat Instagram, yang saya kepoin ahaha. Sakit, agak ngilu gimana gitu...tapi seneng. Iyalah seneng. Walaupun di foto itu, dia nggak kelihatan senyum. Dia pasti bahagia. You have to. Semoga ya...

Setelah lihat foto itu, saya sempat nulis di blog untuk di post. Tapi kemudian...lappy mati ahahah. Nggak tersimpan deh...jadi males bikin lagi.

Setelah pacarnya meninggal, sampai dia sekarang menikah sebetulnya saya masih kepoin. Lewat mana saja. Kasihan ngeliat dia, diawal-awal pacarnya itu meninggal. Semoga yang ini jadi jodoh dunia-akhirat mu yaaa.

Nggak bohong juga, kalau mungkin disebut nge-fans. Karena sampai sekarang juga masih suka girang gimana gitu kalau lewat rumah nya. Mungkin ini cinta (?).
Dan masih suka mendoakan dia. Menyebut namanya setelah Ibu, Abi, Dito, Bapak, dia, juga satu orang lagi. Doa supaya dia bahagia. Yagitulah...

Selamat Menempuh Hidup Baru. Barakallahu laka...