Senin, 30 Desember 2013

Panggil saya...

Nama lengkap saya, Rega Alfi Rosalini. Panggilan, banyak; Rega, Rege, Alfi, Gareng, dan yang paling purba...Nduk.
Rega: ya nama awal saya.
Rege: plesetan dari Rega, bukan berarti saya anak pantai uyee ya
Alfi: nama tengah, dan yang ini terdengar lebih feminin dibanding rega
Gareng: suku terakhir dari (re) Ga, dan ditambahin reng oleh mbak-mbak sepupu saya. Salah satu dari mereka ada yang pernah manggil 'Samsonwati'. Bayangin cobak? -_- macam kuli panggul.
Dan...
Nduk. Panggilan saya dari kecil, waktu masih cimik imut-imut. Sekarang? Masih dipanggil begini, berarti masih imut dong ya? Hahahah (dilempar sendal)
Okay, okay...

Rega, diambil dari weton saya. Weton? Jawa sekali. Helooooooo saya darah murni keles. Saya nggak perlu menjelaskan lebih mengenai apa itu 'rega', atau kapan lebih tepatnya berhubung itu waktu.
Alfi, diambil dari nama seseorang yang ibu saya kenal, Alfiah. Kata ibu, orang itu cerdas sekali. Dan yah, katanya nama itu doa. Eh gua cerdas gak sih? -_- cerdas kok cerdas, cuma ya itu....
Rosalini, ini kapal tempat bapak kerja pertama kali. Ya, my father is popeye, eh maksudnya pelaut. Tapi beliau nggak cuma suka bayam loh. Oya nama kapal nya, Rimba Segara Line. Ja...di...Ro...sa...li...ni. Coba dibayangin aja yak, saya juga gak nemu sambungannya sebenernyah.

But, dityuno? Saya baru terima kalau nama saya itu REGA ketika saya berusia 4 tahun, mau masuk TK. Busee Ga, itu 4 tahun sebelumnya lu dipanggil ape? -______-
GENDUK.
Dan masih dipanggil seperti itu sampai detik ini.

Seorang pramugari mendatangi anak perempuan kecil, berkuncir dua.
" Adek mau permen?,"
Bukan anak itu yang menjawab, tapi ibunya.
" Bilang apa sama mbak nya?,"
" Makasi mbak," ucap anak itu, dengan suara anak kecilnya (yaeyalah -_-)
" Pinter. Nama nya siapa?,"
" Genduk,"
" Eh bukan. Nama adek Rega mbak,". ---_________________________________________---

Oke, mana gue tau nama gue Rega? Dari gua bayi dipanggil nya genduk. Cobak?
Dan ini selalu jadi cerita penghibur kalo kumpul keluarga. Pecah semuanya, ngakak. Hey, im just cute little girl #plak.
" Kamu inget gak sih? Itu waktu mau ke Batam," tanya ibu, atau bude, atau mbak sepupu, puas banget ngetawain gue eh saya. Duh jadi lupa, maap.
" Kagak, masa sih Rega bilang gitu?," saya gak yakin, ah gila itu...bodoh sekali, nggak juga sih. Itu polos.

Saking seringnya dipanggil 'Nduk'. Panggilan ini bukan cuma sekedar panggilan, tapi bagian dari nama saya.
Nduk Rega Alfi Rosalini.
Karena itu juga, pembantu di rumah saya, juga ikutan manggil 'Nduk'. Karena SEMUA ORANG manggil saya begitu, abang maenan depan madrasah tempat saya ngaji sore juga ikutan manggil 'Nduk', karena disitu juga dekat dengan rumah bude saya. Nice! Padahal si abang ini orang sunda, ngapain cobak dia manggil-manggil gua gitu segala, #eh saya? Temen-temen saya kan jadi pada nanya, " Reg, elu kenapa dipanggil nya gitu sik? ". Saya diemin aja, atau jawab sekenanya, " Auk,".

Dan sampai umur kepala dua pun, saya masih dipanggil begitu. Akhirnya, saya iseng (pake niat dikit) cari informasi mengenai 'Genduk' ini.

Genduk itu sebutan atau panggilan untuk anak perempuan.
Anehnya, dari sekian banyak anak perempuan di keluarga besar (bapak dan ibu). Saya adalah anak perempuan yang paling sering, bukan, tapi hampir selalu dipanggil Nduk.
" Nduk, "
" Dalem pak/bu/bude/pakde/,". Dari sekian keponakan, sepertinya cuma saya juga yang masih menggunakan bahasa ini, dalem. Mungkin itu yang membuat mereka memanggil saya begitu, karena saya juga menjawab begini (apan sik? -_- yang jelas keles).
Nduk itu terdengar halus, jadi saya juga menggunakan bahasa yang halus.
Mbak-mbak sepupu saya, kalo dipanggil jawabnya hanya, " Iya." atau, " Apa?,".
Waktu kecil saya pernah diajarkan menggunakan 'dalem'. Selain kata itu, haraaaam.
Dan sampai saat ini, saya masih.
Pernah suatu kali, waktu SMP, saya kelepasan (saya membuat kesepakatan dengan diri saya, untuk teman sebaya saya nggak perlu menggunakan 'dalem'). Dan terjadilah.
" Reg, nanya dong, " salah seorang teman memanggil.
" Dalem,". NICE! Kelepasan.
" Dalem sik? Apan sik lu, orang ini di luar, "
" Aduh, kelepasan. Nanya apaan?,"
" Woahahaha, kemaren juga gua panggil dijawab gituh. Ah elu, "
" Kebiasaan,". Dan mereka melanjutkan keriuhan tertawa.

Okay, balik ke Genduk.
Sampai detik ini pun, panggilan itu bukan cuma melekat. Rega adalah Nduk.
Yang membuat saya tersentuh, kadang ada orang yang baru dikenal. Tapi sudah menggunakan kata itu.
Seperti Mbah Solo kemarin, di pendakian Semeru. Entah karena saya sedang lemah-lemah nya, entah karena memang beliau menggunakan kata itu sehari-hari, entah. Tapi, dengan kata itu dan sejarah nya dengan saya. Saya merasa sangat di perhatikan, bukan cuma perhatian, tapi juga disayangi :3

Dan lihat yang saya temukan, salah satu dari sekian informasi yang sulit masuk akal di internet, yang ini lumayan http://gendukblog.wordpress.com/about/.

Ibu, Bude, Pakde, Mbak sepupu, teman-teman kantornya ibu, abang maenan, Mbah Solo (yang baru kenal), dan bukan cuma mereka. Bahkan partner saya juga. Partner? Indra? Nope.
My partner in crime, suatu kali ketika bicara lewat telepon, dia memanggil saya begitu, "Nduk".

Memanggil, tapi penuh perasaan. Begitu katanya, arti dari panggilan ini.

How lucky I am :-)
Sebutan ini, memang agak membebani. Karena saya harus menjawab dengan level bahasa yang setara.
Tapi, sebutan ini membuat saya semakin 'nyata'.

Lo gak perlu jadi orang lain Ga, lo cuma perlu jadi Genduk. Karena Nduk itu berarti Rega.

2 komentar:

  1. Waahahaha.. ternyata Rega punya blog toh..
    di Kampus, gue manggil elu, "Nduk" juga ah.. biar keliatan akrab gitu *eh

    BalasHapus
    Balasan
    1. gi -__-
      nanti orang-orang mikirnya kita ada apa-apa loh hahaha #gelik

      Hapus