Senin, 06 Januari 2014

Diam-diam

Ada banyak hal di dunia ini yang saya sukai, salah sedikitnya;
Kopi, hujan, raptor, dan....KAMU.

Lalu, dengan putaran poros bumi terhadap matahari, perasaan itu berubah. Suka, menjadi Cinta.
Ada yang bilang, tidak perlu alasan untuk mencintai.

Cinta adalah Mengapa tanpa Karena.

Saya, di vonis mengalami kebocoran katup jantung. Dan seperti orang dengan penyakit jantung lainnya, caffeine adalah salah satu bentuk kecil dari malaikat pencabut nyawa. Berbahaya.
Tapi, saya cinta. Aromanya, rasanya,...
Kopi itu lebih berbahaya dari marijuana. Saya jatuh cinta.

Penyakit ini juga yang membuat saya mudah sekali kedinginan. Metabolisme turun, blablabla (baca posting: Itu Sebabnya)
Jangan kan hujan, gerimis asik saja sudah mampu bikin saya terkapar di kamar. Berbaring di bawah selimut dengan kaleng oksigen.
Wangi tanah dan daun basah, sama memabukkan nya dengan aroma kopi. Dan saya rela, di peluk dingin, demi wangi seperti ini. Saya jatuh cinta.

Raptor, masyarakat sering menyebutnya 'ELANG'. Burung pemangsa, tapi bukan yang di kandang. Mereka yang terbang, mengepakkan sayap dengan bentangan luar biasa. Saya suka senyum-senyum sendiri melihat mereka di hutan. Lalu bergumam, " tampan," atau " tetap seperti itu ya, ". Kesukaan yang mewajibkan saya menerobos hutan, mendaki gunung. Hanya untuk melihat mereka bebas. Dan ya, lagi-lagi jantung saya. Tapi ah...sudahlah. Saya jatuh cinta.



Lalu, KAMU. Orang yang selalu bisa membuat saya bodoh. Dan rela gila, tanpa sembuh.
Lagi pula siapa yang mau sembuh dari jatuh cinta?

Belum jatuh cinta namanya, kalau belum bodoh. Atau gila.

Saya bukan perempuan yang biasa memakai, flat shoes. Tapi demi terlihat manis di hadapan mu, suatu kali nanti. Saya berdiri, dengan sepatu heels, dan gaun panjang. Merupakan latihan saya memakai heels, dengan panjang hak 10 cm. Tindakan paling bodoh, karena besok pagi nya kaki saya kram dan tidak bisa di gerakkan. Sakit. Tapi menyenangkan.

Saya bahkan memutar balik sepeda motor. Karena tidak sengaja melihat mu duduk sendiri, di teras tempat makan. Melihat mu, dari seberang jalan. Bodoh. Tapi menyenangkan.

Menjadi stalker abadi untuk mu. Berusaha mencari tahu informasi sebanyak-banyak nya tentang mu. Kemudian dengan patah hati, justru terpampang kamu dengan gadis mu.
Kemudian, terbaca berita dia meninggal. Gadis itu, gadis yang kamu cinta.

Saya hampir tertawa, hampir merasa ada harapan, hampir...
Kemudian terbayang wajah mu. Di samping ranjang rumah sakit, memegangi tangan nya yang mulai dingin.
Kamu menangis, memeluk nya, memanggil namanya. Dan berharap gadis itu menjawab panggilan mu.
Berharap nama mu keluar dari bibir pucat nya.

Air mata saya mulai menggenang di pelupuk. Tiba-tiba merasakan kesakitan mu.
Berharap hari itu, saya disamping mu. Memegangi pundak mu yang bergetar akibat tangisan.
Memberi mu sapu tangan untuk menghapus air mata, atau bahkan jari saya?

Kamu tahu, perasaan ini tidak pernah berubah.
Dari sebulan lalu, setahun lalu, 4 tahun lalu.

Tapi kamu? Masih dengan perasaan cinta yang sama.
Saya iri, dia sangat beruntung. Perlu kah saya menjadi dia? Saya sudah cukup sakit, jadi tidak perlu lagi kamu minta untuk merana.
Tapi sudah lah...Saya jatuh cinta. Kamu pun. Kita sama-sama jatuh cinta, dan sakit karena itu.
Tapi...kita sudah sepantas nya mengikhlaskan. Dan biarkan doa-doa yang menjadi pengganti tangan untuk memeluk.

Karena doa adalah bentuk cinta paling agung.

Saya masih menjadi orang yang sama, yang mengendap di balik punggung mu, untuk tahu warna matamu.
Yang sama, masih kagum dengan mu, dengan apa adanya kamu.
Yang tidak menjadi benci, karena tahu kamu memilih orang lain.
Yang mencintai mu, dengan doa.
Karena kamu tidak pernah tahu.
Karena ini diam-diam.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar