Rabu, 05 November 2014

Cerpen: Simpan Saja Part 2, Selesai.

Rindang kepada Aron

" Bunda, bunda...Kenapa kesini sih? " tanya anak laki-laki berumur 6 tahun dengan seragam putih-merah beserta ransel yang menempel di punggung nya.
" Sebentar ya sayang, bunda mau tengokin sahabat bunda dulu." jawab ku sambil mengusap kepala nya.
" Tapi bunda ini kan makam, sahabat bunda udah meninggal?," pertanyaan polos anak kecil.
" Iya." Aku menatap balik tatapan polosnya.

Kami berdiri menatap nisan marmer berwarna keabuan dibawah naungan pohon dengan bunga Kamboja putih bermekaran. Siang ini terik tapi tidak tampak menyiksa karena dahan-dahan nya memegangi rimbunan daun.

" Bunda, kok nama ku sama kayak nama yang di nisan itu?," Aku terkesiap, tangan ku mengelus lembut kepala nya sekali lagi.

Ron, aku datang menengok, memastikan Kamu baik-baik saja. Aku datang dengan Aron yang 'lain'.
Aku tidak bisa mengganti mu di hati ku. Seperti janjiku, Aku 'menjaga' mu, Aron. Kamu perlu tahu, Aron kecil seperti mu dulu. Sering menggodaku, padahal Aku ibunya hahaha. Mau tahu yang lebih lucu? Anak ini adalah anak ku dengan Duta. Duta setuju memberi nama depan bagi anak kami, Aron.
" Supaya Kamu tidak perlu merindukan Aron yang dulu. Kebahagiaan mu dengan ku sekarang Rin. Aku hanya ingin Kamu melupakan kesedihan mu." Begitu kata Duta. Dia baik sekali. Suami terbaik sepanjang masa. Kamu ingat kan, ketika dulu Aku bilang Adam Levine The Sexiest Man Ever. Ku ralat, Duta is The Sexiest Husband Ever :)

Aku juga pernah berjanji untuk selalu bahagia. Tak perlu kuceritakan padamu bagaimana rasanya. Keluarga kecil ku ini rupa dunia ku yang menyenangkan.

" Aron, coba sekarang Aron cerita ke Sahabat bunda ini, Om Aron. " kata ku kepada Aron dengan berlutut menyejajarkan diri dengan tinggi Aron.
" Cerita apa?,"
" Apa saja. Um...gimana kalau Aron cerita kalau Aron sudah masuk SD?,"
Aron kecil memamerkan senyum riang nya, " Oke bun, " dia mengacungkan jempol tangan kanan nya.

Aron kecil kepada Aron

" Om Aron, perkenalkan nama ku Aron juga hehe, aneh ya Om. Umur ku 6 tahun, hari ini Aku masuk hari pertama Sekolah Dasar. Tadi Ibu Guru bertanya siapa yang berani bercerita ke depan kelas, bercerita apa saja. Terus, Aku tunjuk tangan. Aku cerita soal Ayah dan Bunda. Tadi pagi Bunda kelupaan bawain Aku topi, terus Bunda lari-lari ke rumah. Ternyata topi nya udah Bunda masukin ke tas ku Om, untung Bunda belum lari terlalu jauh heheeh. Aku dan Ayah ketawa sampai kita sampai di sekolah baru ku. Aku sayang Ayah dan Bunda pokoknya. Udah Bun," Aron kecil menengok ke Rindang, yang sekarang sesengukan, dengan tetes air mata di pipi nya.

" Bunda, kok nangis? Bunda kenapa? Malu ya gara-gara Aron ceritain yang tadi pagi?,"

" Bukan sayang, Bunda nangis bukan karena itu. " Rindang menyeka air matanya.

Aron kepada Rindang

Hey Rin, senang melihat mu kesini. Lebih senang lagi mengetahui kalau Kamu bahagia sekarang. Apalagi Kamu ajak Aron kecil mu juga. Rasanya seperti terlahir kembali melihat nya hahaha
Sebelum ini Aku selalu merasa bersalah, meninggalkan mu 'lagi'. Harusnya Aku bisa melihat mu menjadi wanita tercantik di hari bahagia mu. Duta tidak salah memilih istri dan ibu bagi anak nya.
Aku selalu menyesal...

Tapi sekarang, Aku sudah lega. Kamu datang dengan bagian dari dunia mu. Memperlihatkan kebahagiaan kalian dengan 'Aku' yang lain di dalam nya. Aku turut bahagia. Tolong katakan ke Si Kecil ini, dia harus lebih jahil dari ku hehehe

Tolong katakan juga pada Duta, terima kasih atas kebaikan, kelapangan, ketabahan hati nya, atas kebodohan ku meninggalkan perempuan yang paling kucinta setelah Ibu. Terima kasih sudah menjaga Rindang ku menjadi Rindang nya. Tolong jaga dunia kecil kalian yang indah ini. Buat Aku iri sekaligus bahagia melihat nya. 

Aku selalu tahu, Aku terus mencintai mu. Tahu atau tidak nya kamu, atau suami mu. Tuhan, sudah cukup. Kalau tidak berjodoh di dunia, barangkali di tempat lain. 

Rindang kepada Aron

Baik-baik Ron, Aku pamit pulang. Aku akan mampir ke toko kue untuk membeli beberapa dus kue untuk pengajian 7 tahun kepergian mu, di rumah ibu mu. Walaupun tadi siang Ibu dan Mbak mu sudah bilang kalau kue sudah cukup, Aku ingin Kamu lihat kalau Aku tidak pernah lupa kue kesukaan mu, Kue Lumpur.

Selesai.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar