Jakarta, 14 Juni 2014
Sabar...sabar lah cintaku...
Tidak pernah kuragukan sedikitpun yang Dia tulis dalam Al-Quran. Bahwa laki-laki baik hanya untuk wanita baik. Bahwa setiap makhluk diciptakan berpasangan.
Juga tidak pernah kuragukan, bahwa Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam sebelah kiri. Kenapa disebelah kiri? Karena dekat dengan jantung. Pernah merasakan jantung mu seperti berlari marathon ketika berjumpa dengan lawan jenis? Itu dia. Organ mu bereaksi ketika berada dekat dengan bagian nya yang hilang.
Seperti ketika aku bertemu Abang, dulu. :-)
Degup ini tidak bisa disangkal.
Tapi Apa Abang juga merasakan degup yang sama?
Untuk itulah Bang, aku menyebutkan nama mu dalam sujud malam. Dulu.
Aku bertanya, Apa benar aku bagian dari rusuk mu?
Kalau iya, Aku mohon untuk didekatkan-dimudahkan.
Kalau tidak, Aku mohon supaya degup ini dihilangkan, digantikan dengan degup orang lain, yang nanti bisa jadi imam ku.
Rahasiakan aku sedalam-dalam nya cinta mu...
Iya. Aku merahasiakannya. Merahasiakan nya dari Abang dulu. Menunggu...
Rasanya melelahkan menunggu bertahun. Hingga suatu malam, Aku mengadu pada-Nya. Tentang Abang :-)
Aku mencintai hamba-Mu yang satu itu,
Rasanya kenapa begitu menyiksa.
Kalau iya cinta itu fitrah, bukankah seharusnya aku boleh mengatakan kepadanya bahwa aku mencintai nya?
Tapi aku gamang. Aku wanita. Dia laki-laki yang baru saja kehilangan cinta nya. Bolehkah?
Allah Yang Maha Baik, aku tidak ingin menumpuk rasa ini lebih tinggi lagi. Aku takut nantinya rasa ini hilang kendali dan meledak, menghancurkan semua kebaikan nya.
Jawaban-Mu hadir dalam bentuk abstrak yang tidak bisa kubaca, tapi harus kunalar.
Keinginan untuk memberitahumu hilang ditelan petang. Tiba-tiba dan perlahan. Hingga saat ini aku sangat yakin, Abang hanya tau kalau aku pernah berteriak histeris saat dia lewat dengan alasan yang tidak dia pahami.
Belakangan ini aku juga mengadu, tentang 'partner'.
Entah kenapa selalu saja berpikiran buruk tentang nya. Harap dimaklumi.
Aku tidak mengenal nya seperti aku mengenal Abang.
Bahkan tidak pernah terpikir bahwa aku akan merasakan rindu seperti aku merindukan Abang dulu.
Ketika dulu, aku akan lewat didepan rumah Abang atau menunggu Abang di depan komplek atau melihat foto Abang di media sosial.
Sekarang aku tidak bisa sesumbar. Rindu ini tidak punya tempat pulang. Aku tidak bisa lewat didepan rumahnya. Tidak bisa menunggu nya. Tidak bisa melihat fotonya.
Bukan karena takut kehilangan kontrol seperti ketika dengan Abang.
Ketakutan ku kali ini punya cerita yang lain.
'Partner' ku berasal dari planet berbeda. Sekelilingnya menganggap kesulitan komunikasi dengannya. Tapi aku tidak. Aneh bukan?
Dia bisa tertawa lepas, bisa mengejek, bisa menjadi manusia didepanku.
Tapi aku takut. Takut dengan dunia nya. Dia memang menjadi manusia di depan ku, tapi masih orang lain. Dia manusia di depan ku, tapi masih dari planet lain. Dia memang manusia yang kurindukan. Dia memang manusia yang kuperhatikan. Bukan karena timbal balik dari yang telah dia berikan. Aku melakukannya :-)
Meski masih dengan ketakutan yang sama, degup ini mulai berganti pemilik kurasa. Miliknya.
Tapi kali ini ketakutan ini kujadikan benteng pertahanan yang kulengkapi doa.
Rindu ini memang masin belum punya tempat pulang sehingga kuikat dengan doa.
Perasaan ini tidak lagi kusimpan dalam menara tapi kubagi dalam doa;
Kalau iya aku bagian dari rusuk nya, tentu tidak akan pernah tertukar.
Kalau bukan semoga pemilik rusuk ini calon imam yang lebih baik :-)
Kalau sayang seharusnya tidak diumbar. Tetapi dijaga layaknya yang teristimewa :-)
Kemudian kujaga ini sampai tiba saat nya ketika Dia menyatukan aku dengan rusuk ku.
Selamat Malam Semesta