Jakarta, 14 Mei 2014
Teruntuk:
Abang yang selalu kupanggil Mas Ganteng.
Sigh, kalimat pembuka yang menjijikan ya? Hihi. Tapi memang begitu. Kamu, apa kabar Bang Mas Ganteng? Aku masih menguntitmu diam-diam dalam dunia maya. Mengintip siulan mu di twitter, atau berharap kamu mulai mengganti profil picture mu di facebook, yang berarti kamu aktif belakangan. Oh iya, mungkin kamu sibuk dengan pekerjaan mu. Atau sengaja. Supaya tidak perlu mengingat wanita itu lagi.
Kamu sangat mencintai nya. Aku tahu itu dengan baik. Bahagia yang matamu perlihatkan ketika kamu bicara dan tertawa bersamanya, tak bisa diberikan oleh wanita lain. Mungkin.
Tapi, kamu harus sadar SEKARANG Bang Mas Ganteng. Cobalah melihat dunia, dunia ini tetap berputar. Coba lihat lautan disana, mungkin sudah ada beberapa tukik yang berlajar berenang selagi kamu berdiam.
Bang Mas Ganteng, aku sudah berjalan sekarang. Entah dia orang yang tepat untuk menggantimu atau bukan. Entah ini untuk selamanya atau sekedar pembelajaran. Tapi kamu harus tahu, dia orang yang berbeda dengan mu.
Bang Mas Ganteng, aku mengganti mu dengan orang lain yang sama sekali berbeda. Kebetulan saja cocok, mungkin begitu. Tidak perlu kupaksakan diriku untuk menerima orang ini. Karena di awal aku sama sekali tidak menyukai tingkahnya. Sangat berbeda dengan mu kan? Sudah sejak pertama kali kita bertemu di Taman Kanak-Kanak, ketika kamu takut menaiki tangga. Aku menyukai wajahmu yang ketakutan :-)
Kesukaan yang aneh ya? Kamu lucu sekali. Dan sejak itu aku menyukai wajah-mu. Iya wajah, dan hanya wajah. Tidak pernah tahu, kalau kamu sering turut berjamaah di masjid. Tidak pernah tahu, betapa wajahmu sangat menyejukkan mata ketika basah oleh wudhu. Tidak pernah tahu, senyum mu sangat manis, matamu sangat coklat, alis mu sangat tebal. Pun ibumu. Yang secara tidak sengaja, entah bagaimana, takdir sering membuat aku duduk disamping nya. Dan bersalaman dengannya ketika kami bersiap keluar dari masjid.
Bang Mas Ganteng, lucu sekali bukan? Ibu dan adik perempuan mu sering berada dekat denganku. Diam-diam, pernah kucuri doa sembari mencium tangan ibumu, " Semoga anda bisa menjadi mertua saya,". Sudahlah, mungkin doa ku dijabah dengan cara lain :-)
Lucu sekali bukan? Diantara puluhan orang didepan panggung saat itu, aku melihat mu berjalan disebelah kiri posisiku. Seperti dibisikkan, aku menengok tepat ketika kamu datang.
Lucu sekali bukan? Ketika aku mulai merasa pertemuan kita ditakdirkan, saat itu pula pertemuan ku dengan kalian ditunjukkan. Senyum nya dan senyum mu, dalam satu waktu.
Takdir ini lucu sekali, Tuhan Maha Bercanda memang.
Bang Mas Ganteng, Aku tidak lagi menunggu mu lewat di depan rumah atau berharap berpapasan dengan mu didepan lapangan. Ini tidak adil untukku. Dan tidak adil untuk orang yang kuacuhkan. Kamu juga Bang, jangan seperti itu. Ada orang lain yang mencintai kita. Berpusar dalam masa lalu dan keegoisan hanya akan membuat kesakitan yang lebih lagi.
Bang Mas Ganteng, sehingga aku memutuskan untuk mengganti dirimu. Mungkin aku masih akan suka dengan wajahmu. Tapi tidak lagi menunggu mu dengan jantung berdebar. Aku lebih memilih menunggu orang yang memberiku kepastian. Aku lebih memilih memperbaiki diriku sendiri sekarang. Karena wanita yang baik akan bersama laki-laki yang baik bukan? Aku tidak tahu definisi baik seperti apa yang dimaksud, tapi dengan menjaga hati kurasa itu sudah baik. Mungkin suatu kali nanti, aku akan menikahi laki-laki yang tidak sepertimu, dan mungkin aku tidak bisa mencintai nya seperti aku mencintai mu. Dan mungkin dia berbeda, tapi berbeda itu tidak apa kan?
Bang Mas Ganteng, mungkin suatu kali nanti kamu akan menikahi wanita yang berbeda dengan wanitamu dulu. Tapi bukan tidak mungkin dia bisa memberikan kenyamanan yang kamu perlukan. Tidak kah bisa kamu bayangkan, ketika kamu lelah pulang kantor, dia membawakanmu secangkir teh hangat yang menenangkan hari mu yang melelahkan? Tidak kah kamu bisa membayangkan, ketika kamu bangun pagi di akhir minggu akan ada yang memberikan senyum paling hangat dan paling manis didunia? Dan wanita itu bukan wanita mu yang dulu. Jangan jadikan dia bayangan atas wanita mu yang dulu, jangan kamu banding-bandingkan. Setiap orang itu berbeda Bang. Kamu tidak bisa menemukan orang lain yang sama persis.
Aku juga akan seperti itu suatu kali nanti. Membuat kan minuman untuk pasanganku, mendengarkan hari nya yang melelahkan, dan tertawa karena obrolan konyol kami. Thats sounds great. Dan mungkin orang itu bukan kamu Bang.
Mungkin kamu tidak pernah tahu, perasaan diam-diam ini. Yang tidak busuk selama 4 tahun, bukan karena formalin. Tapi karena kekonyolan ku sendiri. Biar saja. Setidaknya, itu berarti aku pun menjaga hati. Keuntungan untuk pasangan ku nanti pula.
Terakhir, baik-baik ya Bang :-)